Advertisement
Advertisement
Analisis | Mengukur Efikasi vs Efektivitas Vaksin Covid-19 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mengukur Efikasi vs Efektivitas Vaksin Covid-19

Foto: Joshua Siringo Ringo/Katadata
Dengan tingkat efikasi 65,3%, vaksinasi dapat menghindarkan 4,2 juta orang dari infeksi Covid-19. Namun, masih terlalu dini menghitung efektivitas vaksin tersebut.
Dwi Hadya Jayani
20 Januari 2021, 09.09
Button AI Summarize

BPOM telah memberikan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 buatan Sinovac pada 11 Januari 2021. Pemberian izin setelah mempertimbangkan hasil uji klinik di Bandung. Hasilnya, vaksin bernama CoronaVac tersebut memiliki tingkat efikasi 65,3%, di atas standar WHO sebesar 50%.

Lantas muncul pertanyaan, apakah dengan efikasi 65,3% berarti ada potensi vaksinasi gagal sebesar 34,7%?

Kepala BPOM Penny K Lukito menampik hal tersebut. Dia menjelaskan, efikasi merupakan estimasi dari efektivitas vaksin ketika vaksinasi dilakukan. “Di atas 50% itu sudah ada jaminan, ada harapan vaksin akan menurunkan kejadian penyakit (di atas 50%),” tuturnya dalam konferensi pers daring, Senin 11 Januari lalu. 

Secara sederhana, efikasi berarti tingkat kemanjuran vaksin atau obat untuk mengurangi risiko terinfeksi suatu penyakit. Angka efikasi diperoleh dari kondisi yang ideal dan proses yang terkontrol, yakni melalui uji klinik. Efikasi berbeda dengan efektivitas, yakni ketika vaksin atau obat tersebut diberikan ke masyarakat di dunia nyata ketika vaksinasi dilaksanakan.

Mengenai hal ini, kami bertanya kepada Guru Besar Farmakologi Universitas Gadjah Mada Profesor Zullies Ikawati. Menurutnya, tingkat efikasi akan berbeda-beda dari setiap uji klinik.

“Ada sejumlah faktor yang mempengaruhinya, seperti tingkat risiko infeksi, jumlah dan karakteristik subjek uji, serta lamanya pengamatan,“ kata dia.

Itu sebabnya hasil uji klinik Sinovac di Brasil dan Turki berbeda dengan di Indonesia karena profil risiko relawan yang menjadi subjek uji yang tidak sama. Di Brasil dan Turki memiliki risiko yang lebih tinggi, karena kebanyakan merupakan tenaga kesehatan. Sedangkan di tanah air adalah masyarakat umum.

Asal-usul Efikasi Vaksin 65,3%

Metode umum untuk mengukur tingkat efikasi adalah dengan menghitung tingkat risiko terinfeksi, baik kelompok yang tidak divaksin (plasebo) maupun yang divaksin. Lalu menentukan persentase risiko di antara keduanya. Formula dasar perhitungan tersebut sebagai berikut:

Formula Efikasi Vaksin
Formula Efikasi Vaksin (Katadata)

Pembaca dapat mencoba melakukan perhitungan berdasarkan formula di atas. Misalkan terdapat 2.000 relawan yang terlibat dalam uji klinik yang dibagi rata antara yang diberi vaksin kosong (plasebo) dan disuntik vaksin Covid-19. Lalu di kelompok plasebo terdapat 72 relawan yang terinfeksi Covid-19 dan ada 25 orang dari kelompok vaksin yang terinfeksi.

Untuk memudahkan perhitungkan kita bisa memasukkan angka-angka tersebut ke tabel, sebagai berikut:

Made with Flourish

Dari tabel di atas diperoleh, proporsi kasus infeksi kelompok plasebo sebesar 7,2% dan proporsi kasus infeksi di kelompok vaksin 2,5%. Selanjutnya, mari kita hitung efikasi atau kemanjuran vaksinnya:

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira