Kapal kontainer ”Ever Given“ yang kandas di Terusan Suez berhasil ditarik pada 29 Maret 2021 pukul 18.00 waktu setempat. Sebelumnya, pada 23 Maret, kapal yang mengangkut 18,3 ribu kontainer dari Tiongkok menuju Rotterdam, Belanda itu kandas dan menutup jalur yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania.
Dikutip dari BBC, akibat terblokade pendapatan Terusan Suez berkurang US$ 14-15 juta (Rp 203-218 miliar) per hari. Lloyd’s List juga memprediksi perdagangan barang senilai US$ 9,6 miliar (Rp 139 triliun) terhambat setiap hari. Jika dilihat lebih rinci, perdagangan menuju arah barat sebesar US$ 5,1 miliar per hari dan arah timur US$ 4,5 miliar per hari.
Kejadian ini juga memengaruhi harga komoditas. Harga minyak mentah, misalnya, naik hampir 6% pada 24 Maret 2021. Kemudian, naik lagi 4% pada 26 Maret 2021. Pedagang dan investor saat itu khawatir blokade Terusan Suez akan berlangsung lama, lalu menyebabkan stok minyak dan produk olahannya menipis.
Blokade di Terusan Suez berpotensi menyebabkan kerugian besar dalam perdagangan global. Jalur itu merupakan satu-satunya yang langsung menghubungkan Eropa dan Asia. Kapal-kapal kontainer memang bisa menempuh jalur alternatif mengitari Afrika, tetapi biaya yang dikeluarkan akan lebih besar.
Jarak tempuh dari Tiongkok ke Belanda, misalnya, diperkirakan sejauh 18,5 ribu km melalui Terusan Suez. Sedangkan jika melewati Afrika, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk bahan bakar kapal sejauh 6-7 ribu km.
Jarak kemudian memengaruhi total waktu perjalanan dari negara asal ke negara tujuan. Jika menggunakan kecepatan rata-rata kapal 30 km/jam, maka waktu tempuhnya menjadi 25-26 hari lewat Terusan Suez berbanding 34 hari lewat jalur alternatif.
Editor: Aria W. Yudhistira