Advertisement
Advertisement
Analisis | Tanda-tanda Pemicu Gelombang Kedua Covid-19 di Indonesia - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Tanda-tanda Pemicu Gelombang Kedua Covid-19 di Indonesia

Foto: Ilustrasi: Joshua Siringo Ringo/ Katadata
Gelombang kedua Covid-19 di India berpotensi terjadi di Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat sejumlah indikasi yang berpotensi memicu lonjakan kasus positif. Ketaatan protokol kesehatan menjadi kunci pencegahan penularan Covid-19.
Dimas Jarot Bayu
4 Mei 2021, 12.54
Button AI Summarize

India menjadi contoh kelam lonjakan kasus karena gelombang kedua Covid-19. Padahal negara itu sempat dinilai berhasil menangani penularan penyakit tersebut. Namun dalam waktu kurang dari sebulan semuanya hancur lebur. Kasus Covid-19 India melonjak drastis, bahkan lebih parah dibandingkan gelombang pertama.

Indonesia berpotensi mengulang kisah kelam India. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sudah ada sejumlah indikasi yang memperlihatkan lonjakan kasus corona dalam kurun sepekan terakhir.

Salah satu indikasi terlihat dari penambahan kasus positif harian yang mulai mengalami tren peningkatan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, tambahan kasus corona biasanya di kisaran 4.000 hingga 5.500 orang. Namun, dalam sepekan terakhir melebihi batas rentang tersebut.

“Kita lihat grafiknya yang diupayakan turun sejak awal Februari sampai Maret. Di April terlihat ada sedikit seolah-olah tren kenaikan,” kata Siti Nadia dalam konferensi pers virtual pada Jumat, 30 April 2021.  

Dilihat berdasarkan wilayahnya, ada sembilan provinsi pada transmisi komunitas level 1 (jumlah kasus baru di bawah 20 per 100 ribu penduduk) yang mengalami tren peningkatan. Sembilan provinsi tersebut, antara lain Banten, Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Gorontalo, dan Lampung.

Pada level 2 (jumlah kasus baru 20 - 50 per 100 ribu penduduk), terdapat empat provinsi yang mengalami tren peningkatan kasus dalam sepekan terakhir, yakni Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Yogyakarta. Sementara, ada 1 provinsi pada level 3 (jumlah kasus baru 50-150 per 100 ribu penduduk) yang mengalami tren peningkatan kasus, yakni Bangka Belitung.

Padahal, jumlah orang yang diperiksa melalui tes PCR, TCM, dan antigen tidak banyak mengalami perubahan. Angkanya stabil di kisaran 64.528 per hari dalam sepekan terakhir.

Selain penambahan kasus positif, Siti Nadia menyebut jumlah orang yang dirawat inap di rumah sakit (RS) meningkat sebesar 1,28%. Dengan demikian, rata-rata tingkat keterpakaian tempat tidur di RS rujukan penanganan corona dalam tujuh hari terakhir mencapai 35%.

Berdasarkan data Kemenkes per 28 April 2021, tingkat keterpakaian tempat tidur isolasi dan intensif paling tinggi berada di RS BUMN atau kementerian. Posisinya diikuti oleh RS swasta, RS vertikal Kemenkes, RSUD/RSKD, dan RS TNI/Polri. 

Sejalan dengan hal tersebut, angka kematian akibat corona di Indonesia juga meningkat. Bahkan kenaikannya mencapai 20,73%, sehingga total kematian akibat corona di tanah air mencapai 45.796 orang per 2 Mei 2021.

Berbagai indikator tersebut membuat daerah yang masuk zona merah atau memiliki kerawanan corona tinggi bertambah hingga lebih dari tiga kali lipat menjadi 19 kabupaten/kota pada 19-25 April 2021. Pada sepekan sebelumnya, daerah yang masuk zona merah hanya tersisa enam kabupaten/kota.

Daerah yang masuk zona oranye atau memiliki kerawanan sedang juga meningkat sebanyak 39 menjadi 340 kabupaten/kota. Sebelumnya, daerah yang masuk zona oranye tercatat sebanyak 322 kabupaten/kota.

Epidemiolog dari Universitas Airlangga Laura Navika Yamani menilai, lonjakan kasus corona berpotensi terjadi lantaran semakin banyaknya kerumunan yang membuat superspreader event. Hal tersebut disebabkan mobilitas masyarakat yang semakin meningkat, walau sempat menurun pada Januari 2021 lalu.

Berdasarkan data Google Mobility Report, persentase orang yang pergi ke lokasi retail dan rekreasi, taman bermain, warung dan rekreasi sempat berada di sekitar batas normal pada awal April 2021. Persentasenya kembali turun pada 13 April 2021, lalu terus beranjak naik hingga saat ini.

“Bisa saja peningkatan kasus akan terjadi dalam sebulan ke depan terkait dengan kondisi kerumunan yang terjadi di beberapa lokasi,” kata Laura kepada Katadata.co.id pada Senin, 3 Mei 2021.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira