Advertisement
Advertisement
Analisis | Mengapa Kematian Covid-19 di Beberapa Negara Tinggi meski Sudah Vaksinasi? - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mengapa Kematian Covid-19 di Beberapa Negara Tinggi meski Sudah Vaksinasi?

Foto: Joshua Siringo-ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Angka kematian akibat Covid-19 di sejumlah negara masih tinggi meski sudah melakukan program vaksinasi. Kemungkinan penyebabnya adalah tingkat efektivitas vaksin yang berkurang dalam jangka waktu tertentu dan munculnya varian baru virus. Perlu tetap waspada untuk mencegah gelombang lanjutan Covid-19.
Annissa Mutia
15 Oktober 2021, 14.55
Button AI Summarize

Pandemi Covid-19 telah merenggut nyawa jutaan orang di seluruh dunia hingga saat ini. Vaksin telah ditemukan dan sebagian negara sudah mempunyai capaian vaksinasi hampir setengah populasinya. Namun, mengapa pandemi Covid-19 lebih mematikan di beberapa negara dibandingkan negara lainnya?   

Sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok pada akhir 2019, virus corona menyebar sangat cepat ke penjuru dunia. Hal itu mengakibatkan pandemi global yang belum pernah terjadi sebelumnya di abad ke 21 ini, melumpuhkan sistem kesehatan.

Namun pada Agustus 2021, tren kasus dan kematian Covid-19 global telah melambat di beberapa negara. Terutama setelah ledakan gelombang kedua akibat serangan varian Delta pada Juni hingga Agustus 2021.

Meskipun vaksin menurunkan keparahan orang yang terinfeksi virus dan kematian selama gelombang kedua, beberapa negara justru masih bergulat dengan angka kematian Covid-19 yang tinggi.

Menurut laporan Universitas Johns Hopkins, sebanyak 238 juta orang di seluruh dunia terinfeksi Covid-19 yang mengakibatkan 4,8 juta orang meninggal dunia hingga Oktober 2021 ini. Bahkan berdasarkan analisis Reuters, rata-rata ada 8.000 kematian yang dilaporkan setiap harinya sejak awal Oktober, atau ada sekitar lima kematian setiap menit.

Amerika Serikat (AS), India, dan Brasil masih memimpin sebagai negara dengan angka kasus dan kematian Covid-19 terbanyak di dunia. Akan tetapi, rekor kematian tertinggi terjadi di India yang mencapai 4.190 orang per hari pada 23 Mei 2021. 

Dalam sepekan terakhir, penambahan orang yang terinfeksi virus corona di Negeri Paman Sam mencapai 86 ribu kasus per hari, dengan penambahan kematiannya sebanyak 1.559 orang. Angka itu belum mendekati tren terendahnya yang terjadi pada bulan Juli, yaitu sekitar 11 ribu kasus dan 223 kematian per hari.

Di India, penambahan kasus Covid-19 sebanyak 18 ribu dengan kematian 235 orang per hari. Selanjutnya, kasus harian Covid-19 di Brasil sebanyak 13 ribu dengan jumlah 367 orang per hari.

Sementara berdasarkan laporan Universitas John Hopkins, kasus dan kematian Covid-19 Indonesia jauh lebih sedikit dari ketiga negara tersebut, yaitu berada di urutan 14 di dunia.

Sejak pemerintah menerapkan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada awal Juli, baik tingkat kasus dan kematian Covid-19 memperlihatkan menyusutan yang drastis. Sepekan terakhir, tingkat kasus harian di Tanah Air mencapai 1.235 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 60 orang per hari.

Rasio kasus tertinggi masih dipegang AS, yaitu ada 13.546 kasus Covid-19 per 100 ribu penduduk. Sedangkan rasio kematian tertinggi berada di Brasil dengan 285 kematian per 100 ribu penduduk. Di Indonesia, rasio kasus sebanyak 1.563 per 100 ribu penduduk dan tingkat kematian ada 53 orang meninggal per 100 ribu penduduk.

Melacak Penyebab Kematian Covid-19 Negara Lain dan Indonesia

Tingginya angka kematian di AS, India, dan Brasil, masih menjadi teka-teki. Jika merujuk data, capaian vaksinasi di ketiga negara tersebut jauh lebih baik ketimbang Indonesia. Capaian vaksinasi total—yakni yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh maupun hanya sekali—di Brasil sudah mencapai 72%. Sedangkan yang sudah divaksinasi penuh sebanyak 47%.

Tingkat vaksinasi total di AS sebesar 64% dan 56% di antaranya sudah vaksinasi penuh. Sementara di India capaian total vaksinasi sebesar 49,19%, tapi baru 19% yang sudah dua kali suntik. Sedangkan Indonesia vaksinasi total hanya 36%, dan 21% di antaranya sudah vaksinasi penuh.

Nyatanya, tinggi-rendahnya tingkat vaksinasi bukan satu-satunya yang menjadi faktor kematian Covid-19 di suatu negara. Menurut analisis Reuters, tingginya angka kasus dan kematian lantaran virus corona, terutama varian Delta, telah menyebar di 187 negara.

Meski berbagai negara telah melakukan kampanye vaksinasi sejak Januari 2021, menurut laporan BBC, sebuah studi skala besar di Brasil menemukan bahwa vaksin Sinovac yang banyak digunakan di negara ekonomi rendah dan menengah kurang efektif dalam mengurangi kematian pada orang tua.

Para peneliti Brasil menemukan vaksin AstraZeneca lebih baik dalam mencegah infeksi, dengan efektivitas 70% lebih tinggi dibandingkan Sinovac yang hanya 54%. Selain itu, efektivitas vaksin Covid-19 dinilai berkurang setelah enam bulan, tepat ketika varian Delta dan Gamma mulai meluas.

Ahli epidemiologi, Profesor Pedro Hallal yang memimpin studi Covid-19 terbesar di Brasil mengatakan 400.000 kematian di negara itu sebenarnya bisa dihindari. Seperempat kematian (100.000) disebabkan oleh pengabaian Pemerintah Brasil terhadap tawaran kontrak vaksin dari perusahaan vaksin Pfizer pada 2020.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira