Advertisement
Advertisement
Analisis | Benarkah Negara Kaya Bikin Warganya Bahagia? - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Benarkah Negara Kaya Bikin Warganya Bahagia?

Foto: Joshua Siringo ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Bagaimana mengukur kebahagiaan? Apakah seseorang yang memiliki kekayaan pasti lebih bahagia? Sejumlah data menunjukkan ada korelasi antara kedua hal tersebut. Namun, data juga menunjukkan bahwa kekayaan tidak selamanya memberikan kebahagiaan. Ada faktor lain yang dapat membuat seseorang lebih bahagia.
Vika Azkiya Dihni
8 Juni 2023, 17.01
Button AI Summarize

“Uang memang bukan segalanya, tapi dengan uang bisa membeli segalanya.” Barangkali sebagian kita cukup sering mendengar pernyataan ini. Biasanya orang yang mengucapkan kalimat ini sedang mencari validasi bahwa kebahagiaan ditentukan oleh kekayaan. Semakin kaya, seseorang akan semakin bahagia.

Dari grafik data di bawah ini, sepintas memang menunjukkan hal tersebut. Grafik ini menunjukkan korelasi antara skor rata-rata kebahagiaan nasional dengan median kekayaan di negara tersebut. Sementara ukuran besar dan kecil titik merepresentasikan banyak dan sedikitnya populasi. 

Data diambil dari laporan Global Wealth Databook 2022 yang dirilis Credit Suisse dengan membagi median kekayaan per orang dewasa di berbagai negara. Kemudian laporan World Happiness Report (WHR) 2023 yang dikeluarkan oleh Sustainable Development Solutions Network untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Secara umum, terlihat adanya korelasi antara tingkat kebahagiaan dan kekayaan suatu negara. Di negara-negara yang memiliki median kekayaan tinggi, maka tingkat kebahagiaan masyarakatnya juga tinggi. 

Seperti beberapa tahun terakhir, Finlandia dinobatkan sebagai negara paling bahagia pada 2022. Tak hanya Finlandia, negara-negara Nordik dan Skandinavia atau yang terletak di wilayah utara Eropa seperti Islandia, Denmark, dan Norwegia mendominasi jajaran teratas negara paling bahagia di dunia.

Pemerintah di negara-negara Skandinavia dikenal memiliki program sosial yang menjamin kesejahteraan warganya. Mereka juga termasuk negara yang penduduknya memiliki median kekayaan tertinggi. Hal ini selaras dengan indikator kebahagiaan yang dinilai WHR, salah satunya dari pendapatan tiap penduduknya (PDB per kapita).

Sementara Indonesia menempati urutan ke-84 dari 137 negara dalam daftar negara paling bahagia. Posisi Indonesia lebih rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Selain lebih bahagia, negara tetangga ini juga memiliki median kekayaan lebih tinggi.

Meski demikian, apakah kebahagian itu tergantung kepada kekayaan material semata?

Dari grafik di atas juga menunjukkan, secara keseluruhan memang terlihat adanya korelasi positif antara kekayaan dengan tingkat kebahagiaan. Namun di sejumlah negara, yang terjadi justru sebaliknya. 

Hong Kong dan Lebanon adalah contoh negara dengan median pendapatan lebih tinggi, tetapi tingkat kebahagiaannya rendah. Hal ini dipengaruhi situasi sosial dan politik yang terjadi di dalam negerinya. 

Menurut laporan WHR, gejolak politik dan perang di Beirut, ibu kota Lebanon telah mengakibatkan skor kebahagiaan Lebanon anjlok. Situasi ini juga terjadi di Afghanistan yang mengalami konflik. 

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira