Cek Data: Mengapa Banyak Masyarakat Berobat ke Dukun seperti Ida Dayak

Reza Pahlevi
17 April 2023, 14:04
Warga antre untuk pengobatan tradisional di Markas Kostrad Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). Antrean tersebut untuk mendapatkan giliran pengobatan tradisional Ida Dayak yang diselenggarakan pada 3-4 April 2023.
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa.
Warga antre untuk pengobatan tradisional Ida Dayak di Markas Kostrad Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (3/4/2023).

Orang berbondong-bondong antre berjam-jam untuk mendapatkan pengobatan dari Ibu Ida Dayak di Kota Depok. Berkat media sosial TikTok, banyak orang percaya perempuan asal Kalimantan Timur ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Ini bukan kali pertama Indonesia dihebohkan dengan orang “sakti” yang dianggap mampu mengobati banyak penyakit tanpa metode medis. Beberapa dari kita mungkin ingat bocah ajaib Ponari yang heboh sekitar 2009 silam. Mengapa masih banyak dari kita yang percaya pengobatan alternatif ini?

Kontroversi

Ida Dayak mengobati pasien-pasiennya dengan minyak bintang berwarna merah. Dengan pengobatan ini, Ida Dayak terlihat berhasil menyembuhkan penyakit mulai dari patah tulang, stroke, bahkan hingga menyembuhkan pasien tuli.

Ramainya pengobatan alternatif ini pun mengundang pendapat dari ranah medis. Asa Ibrahim, seorang dokter spesialis ortopedi yang berpraktik di RS Awal Bros Panam, Pekanbaru, Riau mengingatkan banyak orang juga pernah percaya dengan pengobatan alternatif yang dilakukan Ponari.

Namun, hasil pengobatan ini justru banyak yang tidak menyembuhkan pasiennya. Katanya, beberapa pasien ada yang tambah parah bahkan hingga meninggal.

“Pasiennya ya berobat lagi ke dokter ujung-ujungnya,” kata Asa di akun Twitter-nya.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi pun turut berkomentar. Dia mengatakan, pengobatan tradisional sebenarnya diperbolehkan tetapi masyarakat perlu hati-hati.

“Kami lakukan pembinaan supaya masyarakat tidak dirugikan, misalnya seseorang yang penyakit kanker jangan sampai terlambat karena berobat tradisional,” kata Nadia, dikutip dari detik, Selasa, 4 April 2023.

Faktanya

Pengobatan tradisional atau alternatif bukan sesuatu yang asing dalam dunia kesehatan di Indonesia. Mengutip Handayani, Suparto, dan Suprapto (2001), Indonesia sudah mendeklarasikan pengobatan tradisional sebagai salah satu area kesehatan yang berpotensi dikembangkan sejak 1988.

Mereka juga menyebut pengobatan alternatif banyak digunakan oleh populasi yang cukup besar di Indonesia. Meski begitu, keamanan dan efektivitas pengobatan ini masih dipertanyakan karena minimnya penelitian terkait yang sistematis dengan sains modern.

“Upaya apa pun untuk menghilangkan praktik ini juga tidak akan berhasil, mengingat pengobatan tradisional juga punya pasarnya sendiri,” kata Handayani, Suparto, dan Suparto dalam “Traditional system of medicine in Indonesia” yang diterbitkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Selanjutnya, sebenarnya seberapa banyak orang Indonesia yang memanfaatkan pengobatan alternatif ini? Penelitian Pengpid dan Peltzer (2015) mencatat ada 24,4% penduduk Indonesia yang menggunakan pengobatan atau obat tradisional dalam sebulan terakhir.

Penelitian ini menggunakan data survei demografis dan kesehatan Indonesia Family Life Survey (IFLS) yang dilakukan oleh RAND Corporation. Survei ini melibatkan sampel 31.415 orang berumur 15 tahun ke atas yang tersebar di 13 provinsi Indonesia.

Lewat analisis regresi, penelitian ini juga menemukan beberapa karakteristik sosio-demografis yang berhubungan dengan kecenderungan berobat ke pengobatan alternatif. Karakteristik ini termasuk umur yang lebih tua, muslim, hidup di daerah urban, memiliki gejala depresi, dan penyakit kronis.

Penyakit kronis ini termasuk kanker, rematik, kolesterol tinggi, stroke, diabetes, dan penyakit ginjal. Kanker menjadi penyakit dengan persentase pengobatan alternatif tertinggi, yaitu 14,4%. Selanjutnya, 11,3% pengidap rematik dan kolesterol tinggi juga berobat ke pengobatan alternatif.

Sulitnya Akses dan Mahalnya Pengobatan Modern

Penelitian di atas juga menemukan sulitnya akses kesehatan menjadi salah satu faktor individu untuk melakukan pengobatan alternatif. Ini terlihat dari 28,8% orang yang merasa kebutuhan kesehatannya tidak terpenuhi berobat ke pengobatan alternatif dalam sebulan terakhir.

Akses kesehatan yang terbatas ini diperburuk lagi dengan literasi kesehatan yang rendah pula. Literasi kesehatan membantu individu untuk lebih paham soal informasi dan isu kesehatan, juga penentuan keputusan untuk keluhan kesehatan yang dimiliki.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...