Bos Alibaba Tanggapi Fenomena Mal Tutup di Berbagai Negara

Aria W. Yudhistira
10 November 2019, 19:39
Alibaba, e-commerce
Instagram/@alibaba.group

Fenomena mal tutup yang terjadi di sejumlah negara, termasuk Indonesia, tidak terjadi Tiongkok, atau setidaknya di Hangzhou, kota di mana Alibaba Group berpusat. Mal di kota ini penuh sesak, misalnya, mal dalam jaringan Intime Retail. Jaringan ini memiliki 65 mal yang tersebar di 35 kota di Tiongkok.

Chen Xiaodong, Vice President of Alibaba Group yang juga CEO Intime Retail, menyangsikan jika mal tutup lantaran kalah bersaing dengan e-commerce. Sebalikny,a mal tutup lantaran tidak mau berubah mengikuti perkembangan zaman. “Apa yang besar hari ini bisa jadi akan kecil di masa depan,” ujarnya kepada wartawan di Hangzhou, Tiongkok, Minggu 10 November 2019.

Menurut dia, ada enam tren besar yang saat ini terjadi di industri retail. Pertama, integrasi antara belanja online dan offline. Konsumen dapat memesan barang secara online lalu mencoba produk yang akan dibelinya di mal. Jika cocok, dia dapat langsung membawa pulang atau mengirim produk dengan jasa kurir.

Kedua, transformasi dari produk sentris ke konsumen sentris. Menurut Xiaodong, salah satu kesalahan pengelola mal di banyak negara adalah sekadar menyediakan infrastruktur. Semestinya, pengelola mampu memberikan informasi yang tepat kepada konsumen mengenai merek-merek yang dijualnya. “Kepuasan konsumen itu yang terpenting,” kata dia.

(Baca: Belanja Online Terbesar di Dunia 11.11 Alibaba Bidik 500 Juta Konsumen)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...