Dua Sisi Dampak Penurunan BI Rate

Aria W. Yudhistira
4 Maret 2015, 15:51
Katadata
KATADATA | Arief Kamaludin
Pengunjung melintasi papan pengumuman di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu.

KATADATA ? Kebijakan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) memberikan konsekuensi yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, penurunan suku bunga membuat nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Di sisi lain, keputusan tersebut telah membawa indeks harga saham gabungan (IHSG) ke level tertinggi dalam sejarah. Investor menilai penurunan suku bunga dapat mendorong perekonomian Indonesia.

?Rupiah yang mencapai Rp 13.000 memang membuat investor domestik nervous (kaget). Tapi pemodal asing masih membeli dalam jumlah besar karena keyakinan pertumbuhan ekonomi masih bagus,? kata Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo yang dihubungi Katadata, Rabu (4/3).

(Baca: Rupiah Melemah Terpengaruh Ekspektasi Penurunan Suku Bunga)

BI seperti diberitakan memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,5 persen pada 17 Februari lalu. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, penurunan didorong keyakinan bank sentral akan laju inflasi yang terkendali hingga akhir tahun.

Meski begitu, kebijakan suku bunga tersebut sejalan dengan keinginan pemerintah yang menginginkan tingkat suku bunga turun untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, target pertumbuhan ekonomi dipatok pada angka 5,7 persen.

Menurut Satrio, dalam jangka pendek, IHSG akan terus dalam tren peningkatan. Dia optimistis IHSG bisa mencapai level 6.100-6.300 hingga akhir tahun. (Baca: Rupiah Melemah Paling Dalam di Antara Negara Asia)

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...