Kinerja Ekspor Rendah Dorong Pelemahan Rupiah
KATADATA ? Rupiah menjadi mata uang yang turun paling tajam di antara mata uang negara-negara di Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya kepercayaan investor terhadap struktur perekonomian Indonesia.
Padahal tren pelemahan rupiah yang terjadi sejak Juni 2013 semestinya bisa dimanfaatkan untuk mendorong kinerja ekspor. Namun kenyataannya, neraca perdagangan Indonesia selalu negatif. Bahkan defisit perdagangan tersebut sudah terjadi sejak 2012.
Menurut analis pasar uang dari Bank Himpunan Saudara Rully Nova, kebanyakan negara melemahkan nilai kursnya bertujuan untuk mendorong ekspor. Dia mencontohkan pelemahan yen Jepang dan won Korea Selatan yang dapat meningkatkan ekspor manufaktur dari dua negara tersebut.
Persoalannya, ekspor Indonesia selama ini mengandalkan komoditas yang di pasar dunia harganya pun tengah turun. ?Kalau ekspor manufaktur, (pelemahan kurs) akan berpengaruh. Tapi untuk komoditas tidak,? kata Rully saat dihubungi Katadata, Selasa (3/3).
Bagi Indonesia, situasi ini akan tidak menguntungkan dan bisa berdampak buruk terhadap fundamental ekonomi. Apalagi Bank Indonesia (BI) pada pertengahan Februari lalu memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan (BI Rate).
(Baca: Rupiah Melemah Terpengaruh Ekspektasi Penurunan Suku Bunga)
Kebijakan ini dinilai sebagai upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang pada tahun ini ditargetkan sebesar 5,7 persen. Upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi diprediksi bakal meningkatkan impor barang modal yang pada akhirnya dapat menekan nilai rupiah.
?Banyak kerugiannya justru bagi Indonesia. Kalau rupiah terus melemah, kepercayaan investor juga akan turun,? ujarnya.