Harga Premium Mahal karena Pertamina Tak Efisien

Aria W. Yudhistira
3 Desember 2014, 18:34
Katadata
KATADATA | Arief Kamaludin
Pengendara sepeda motor mengantre BBM bersubsidi di salah satu SPBU di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

KATADATA ? Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi menemukan indikasi ketidakefisienan dalam proses produksi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium selama ini.

Indikasi ketidakefisienan tersebut lantaran PT Pertamina (Persero) selama ini mengimpor BBM berjenis Research Octane Number (RON) 92 atau pertamax yang kemudian diolah lagi menjadi RON 88 atau premium. Proses mengoplos tersebut menimbulkan biaya tambahan sehingga harganya menjadi lebih mahal.

?Mestinya harga RON 88 lebih murah, tapi karena harus dioplos atau diolah, akhirnya harganya hampir sama dengan RON 92 tadi,? kata Fahmy Radhi, anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas, seusai melakukan pertemuan dengan Kementerian ESDM dan Pertamina di Jakarta, Rabu (3/12).

Persoalannya, mengolah RON 92 menjadi RON 88 membutuhkan tambahan biaya. Alhasil itu yang menyebabkan harga BBM bersubsidi pun naik.

Lebih lanjut Fahmy mengatakan, proses penentuan harga patokan BBM bersubsidi pun banyak terjadi kejanggalan. Ini karena banyak asumsi harga sehingga membuka peluang terjadi permainan.

Padahal, Pertamina selama ini mengaku selalu mengundang tenaga ahli dalam membuat formula perhitungan harga patokan BBM. Tapi harga tersebut ternyata lebih rendah dengan harga patokan yang ditetapkan pemerintah dan DPR dalam pembahasan APBN.

Perbedaan harga dan terdapat banyak asumsi tersebut mengindikasikan adanya permainan mafia dalam penyediaan BBM bersubsidi. ?Berdasarkan kajian kami kalau memang ada selisih seperti itu bisa juga kita usulkan pakai salah satu (asumsi), daripada ada selisih,? tutur Fahmy.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Petrus Lelyemin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...