Waspada Bahaya Super-Spreader Saat Berlibur

Hanna Farah Vania
Oleh Hanna Farah Vania - Tim Riset dan Publikasi
25 Oktober 2020, 15:07
ISOLASI MANDIRI SANTRI DI JOMBANG
ANTARA FOTO/Syaiful Arif/wsj.

Menyambut libur panjang, antisipasi kegiatan yang memicu kontak dengan super-spreader perlu dilakukan. Pasalnya, kesempatan berwisata dimanfaatkan bagi mereka yang penat dengan stay at home selama pandemi Covid-19 ini. Alhasil, ada kemungkinan kontak dengan super-spreader di antara kerumunan orang-orang yang tengah berpelesir itu.

Dalam arti luas, super-spreader merupakan orang yang memiliki kecenderungan untuk menginfeksi lebih dari rata-rata jumlah orang. Peneliti Debora Mackenzie dalam artikelnya di laman New Scientist mengatakan bahwa sekitar 10% kasus dapat bertanggung jawab hingga 80% penularan. Bertemunya beberapa super-spreader di luar rumah sangat memicu cepatnya transmisi virus.

Pada kasus yang pernah terjadi, transmisi penularan cenderung terjadi di keramaian dengan ruangan yang tertutup. Hal itu diungkapkan Pandemic Talks, akun Instagram yang mengompilasi dan menyajikan data resmi soal pandemi. Pandemic Talks mencatat, penyebaran virus oleh super-spreader terjadi di sejumlah klub malam di daerah Itaewon, Seoul, Korea Selatan pada Meil lalu. Akibatnya, 79 orang terinfeksi.

Adapun contoh lainnya yang pernah terjadi sebelumnya adalah di kapal pesiar, bar di Austria, tempat kursus Zumba di Korea Selatan, hingga acara tabligh akbar di India dan Indonesia.

Masih dikutip dari Pandemic Talks, kegiatan super-spreader dapat terjadi dalam tiga kondisi. Pertama, terjadi pada ruangan yang tertutup dengan sirkulasi udara yang buruk. Kedua, transmisi menyebar saat durasi pertemuan yang lama. Ketiga, terjadi ketika berada di keramaian dengan jarak yang berdekatan.

“Saat ketiga faktor tersebut overlap, risikonya adalah yang paling tinggi,” tulis tim Pandemic Talks di platform Instagram. Beragam tempat seperti transportasi publik, gedung perkantoran, tempat kebugaran tertutup (gym), pabrik, bioskop, tempat ibadah, sekolah, hingga hotel dapat memunculkan situasi penularan super-spreader.

Di Indonesia, terdapat dua klaster yang menjadi sarana super-spreader. Antara lain,  Klaster Pesantren dan Klaster Pabrik. Klaster Pesantren terjadi di sejumlah daerah seperti Banyumas (126 kasus), Sleman (92 kasus), dan Sleman (27 kasus). Sementara Klaster Pabrik terjadi di sejumlah pabrik di Bekasi seperti Epson (1.381 kasus) dan LG (250 kasus), juga Kawasan Industri Semarang (200 kasus).

Pada ruangan yang tertutup, virus dapat bertransmisi melalui permukaan benda, droplet ketika berbicara dengan orang lain, dan penyebaran aeorosol di ruangan yang memiliki ventilasi yang buruk dalam waktu yang lama. Maka, hindari destinasi liburan dengan ruangan yang tertutup dan ramai dapat menjadi upaya pencegahan transmisi super-spreader.

Pandemic Talks menyarankan untuk menetapkan Protokol ventilasi, durasi, dan jarak (VDJ). “Semakin faktor VDJ dijaga, semakin tingkat penyebaran virus rendah,” kata tim Pandemic Talks menjelaskan di sosial medianya. Adapun protokolnya adalah adalah dengan terus #ingatpesanibu, sebuah kampanye Satgas Covid-19 yang meminta agar kita tetap taat gerakan 3 M, yaitu menggunakan masker saat, mencuci tangan dan selalu menjauhi keramaian.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...