Waspada Sindrom MIS-C pada Anak yang Terpapar Covid-19
Para peneliti penyakit menular anak menemukan kasus sindrom inflamasi multisistem pada anak atau MIS-C yang terpapar Covid-19. MIS-C merupakan suatu kondisi langka dan ekstrem dari respons sistem imun tubuh terhadap serangan virus Corona.
Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan jantung, paru-paru, ginjal, darah, dan otak. Anak-anak yang mengalami MIS-C perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Pelacakan kasus di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa MIS-C jarang terjadi di awal pandemi. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC, menyebut setidaknya terdapat lebih dari 2.600 kasus MIS-C dengan 33 kematian. Meski demikian, banyak remaja dinyatakan sembuh setelah sekitar satu minggu mendapatkan perawatan rumah sakit.
Untuk mengetahui kaitan Covid-19dan MIS-C, para peneliti membandingkan sampel darah dari 14 anak dengan sindrom tersebut dengan 16 anak dan 100 orang dewasa yang terkonfirmasi positif Covid-19 akut.
“Dari perspektif kekebalan, terdapat sedikit tumpang tindih dalam kelompok yang berbeda,” kata Laura Vella, dokter penyakit menular pediatrik di CHOP yang memimpin penelitian bersama dengan E. John Wherry di University of Pennsylvania, dikutip dari Sciencemag.org, Sabtu (20/3).
Baik orang dewasa maupun anak-anak dengan Covid-19 akut memiliki tingkat peradangan dan aktivasi kekebalan yang tinggi, di mana sel-sel kekebalan meningkat dalam merespon potensi bahaya. Namun pada pasien MIS-C, tingkat aktivasi kekebalan melebihi milik pasien dewasa dengan penyakit parah.
Mengutip Science Immunology, satu subkelompok sel kekebalan cukup menonjol yang disebut sel T vascular patrolling . Aktivasi yang tinggi ini beresiko menyerang pembuluh darah dan dapat berpotensi menyebabkan peradangan jantung dan aneurisma pada beberapa pasien.
Menurut Vella, meskipun peradangan cukup parah pada pasien MIS-C, penyakit itu dapat dikendalikan dengan pengobatan yang tepat. “Mereka dapat membalikkan keadaan ini dengan terapi, sedangkan orang dengan COVID-19 mengalami peradangan yang berlangsung lebih lama,” kata Vella
Adapun pasien MIS-C di AS secara rutin dirawat dengan intravenous immunoglobulin. Namun perawatan ini jarang tersedia di negara-negara dengan sumber daya kesehatan yang kurang memadai.
Sementara pada September 2020, uji klinis besar di Inggris Raya menguji terapi pada ribuan orang dewasa, dan mulai mencobanya pada pasien anak untuk mempelajari efeknya.
“Di seluruh dunia, orang-orang telah mengadopsi strategi yang berbeda. Untuk mengobati MIS-C, kami ingin mengetahui apakah anak-anak dapat diobati dengan steroid saja atau hanya dengan obat untuk menstabilkan tekanan darah” ujar Elizabeth Whittaker, spesialis penyakit menular anak di Imperial College London, yang terlibat dalam uji coba tersebut.
Sebuah penelitian berjudul The Lancet Child and Adolescent Health mengidentifikasi faktor-faktor terkait antara pengindap MIS-C dengan penyakit yang lebih parah pada 1.080 remaja. Dalam laporan tersebut, anak-anak berkulit hitam lebih cenderung berakhir di unit perawatan intensif dengan presentase sekitar 77%. Mengingat kelompok berkulit hitam dan Hispanik adalah kelompok yang paling rentan terhadap infeksi Covid-19.
Kepala pusat penyakit menular anak di Children’s Hospital of Philadelphia (CHOP), Audrey Odom John, menyebutkan remaja dapat sangat terpengaruh oleh MIS-C, tetapi individu dengan rentang usia 20-an hampir tidak terdampak sindrom tersebut. Meskipun secara imunologis, kedua kelompok tersebut hampir identik.
“Pada akhirnya, kami berharap studi yang sedang berlangsung akan menghasilkan diagnosis yang cepat dan akurat serta perawatan yang lebih tepat sasaran,” ujarnya.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan