Digitalisasi dan Upaya Perempuan Perdesaan Berdaya Saing

Dini Hariyanti
9 Maret 2022, 15:44
Perempuan Suku Baduy Luar menggendong anaknya menyaksikan tradisi Ngaseuk atau musim tanam di Desa Bojong Menteng, Lebak, Banten, Senin (1/11/2021). Sebanyak 600 orang warga suku baduy mengikuti Tradisi Ngaseuk yang merupakan tradisi tahunan warga Suku Ba
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Perempuan Suku Baduy Luar menggendong anaknya menyaksikan tradisi Ngaseuk atau musim tanam di Desa Bojong Menteng, Lebak, Banten, Senin (1/11/2021). Sebanyak 600 orang warga suku baduy mengikuti Tradisi Ngaseuk yang merupakan tradisi tahunan warga Suku Baduy menanam padi huma dan palawija untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pendapatan ekonomi.

Keanekaragaman hayati atau biodiversity yang dimiliki Indonesia dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas. Terlebih keanekaragam hayati ini kini ditunjang dengan perkembangan teknologi digital.

“Banyak perempuan (pelaku UMKM) di pedalaman Indonesia memiliki keahlian tinggi tetapi belum bisa bersaing di pasar. Digitalisasi bisa sangat berguna bagi mereka,” kata Direktur Yayasan Sekar Kawung Chandra Kirana di sela webinar Women Leaders Forum 2022 yang digagas Katadata Perempuan, Selasa (8/3/2022).

Digitalisasi yang dimaksud Chandra, terkait dengan terbukanya peluang pengumpulan data. Misalnya, mencakup daftar biodiversity yang dimiliki di suatu wilayah. Hal ini dapat bermanfaat untuk kegiatan R&D, agar produk yang dihasilkan bernilai jual lebih optimal.

“Akses kepada riset dan pengembangan (R&D) berbasis teknologi digital penting untuk dimiliki perempuan pedesaan. Ini bermanfaat untuk memahami, apa saja biodiversity yang dimiliki lalu memetakannya dengan kebutuhan pasar,” ucapnya.

Chandra berpendapat, banyak perempuan di pedalaman nusantara yang bisa masuk ke perekonomian masa depan dengan bantuan teknologi digital, guna mengoptimalkan pemanfaatan pengetahuan tradisional mereka. Tapi di samping itu, mereka juga memerlukan akses untuk mengumpulkan data-data terkait profil keanekaragama hayati di sekitarnya.

Adapun, proses digitalisasi belakangan ini terakselerasi pandemi Covid-19. Pandemi mengubah perilaku konsumen dalam berbelanja dari luring kemudian beralih ke platform digital. Alhasil, tak ada pilihan lain bagi pelaku usaha selain mengikutinya, termasuk bagi UMKM yang dijalankan perempuan di pedesaan.

Menurut survei Google, di Indonesia, ada 21 juta konsumen digital baru selama pandemi pada 2020 dan paruh pertama 2021. Sebanyak 72 persen dari konsumen baru ini justru berasal dari area nonmetropolitan. Artinya, ada peningkatan penetrasi digital di Indonesia. 

Seperti halnya kesimpulan dari riset Inventure beberapa waktu lalu, perubahan perilaku konsumen ini tak bersifat ‘musiman’, tapi akan terus bertahan. Berdasarkan survei Google, 96 persen konsumen saat ini telah menggunakan layanan digital dan 99 persen konsumen berencana akan terus menggunakan layanan digital setelah pandemi berlalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...