Empat Proyek Energi Bersih Denmark di Jawa Tengah Siap Beroperasi
Pemerintah Denmark dan Indonesia terus meningkatkan kerja sama dalam pengelolaan energi bersih. Tujuannya, meningkatkan elektrifikasi dengan tetap menjaga lingkungan. Alhasil, bisa mengurangi dampak perubahan iklim.
Kerja sama antara Denmark dan Indonesia tertuang dalam Environmental Support Programme Phase 3 (ESP3). Dalam pengerjaannya, ESP3 di bawah Danish International Development Agency (DANIDA), bekerja sama dengan tiga Kementerian di Indonesia yakni Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Provincial Programme Officer Muhammad Nurhadi mengatakan ESP3 ini telah berlangsung sejak 2013 dan akan berakhir pada tahun 2018 ini. “Prosesnya sudah dalam tahap running, sudah 90%,” kata dia, di Semarang (6/8).
Setidaknya ada beberapa hal yang mendorong program ini dilakukan. Pertama, adalah peningkatan rasio elektrifikasi. Kemudian, adanya komtimen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 41%.
Ketiga, membantu Indonesia mewujudkan komitmen penggunaan energi baru terbarukan menjadi 23% dari seluruh konsumsi energi sebelum tahun 2025. “Salah satu concern ESP3 adalah membuat program yang berkelanjutan dan bisa dicontoh,” ujar Provincial Programme Advisor ESP3, Ian Rowland.
Adapun Provinsi Jawa Tengah terpilih menjadi tempat proyek percontohan energi bersih ESP3. Total investasinya mencapai Rp 180 miliar. Semuanya merupakan hibah dari Denmark di Indonesia.
Empat proyek itu berada di Semarang, Karimunjawa, Cilacap dan Klaten. Perinciannya sebagai berikut:
Lokasi | Bentuk | Nilai (Rp) | Kapasitas | Pengguna | Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca CO2e/tahun | Manfaat lain |
Semarang | Pembangkit listrik tenaga gas metana di TPA Jatibarang | 71 miliar | 8 KW | PLN | 5500 | Mencegah pencemaran di TPA |
Karimunjawa | PLTS di Pulau Parang, Pulau Genting, dan Pulau Nyamuk | 16 miliar | 182 KWp | 645 rumah tangga | 3200 | Pasokan listrik stabil 24 jam sehari |
Cilacap | Pengolahan refuse-derived fuel di TPA Cilacap menjadi bahan bakar pembuat semen | 86 miliar | 120 ton/hari | Pabrik semen | 19000 | Mengurangi penumpukan sampah di TPA, menggantikan batu bara sebagai bahan bakar |
Klaten | Pengolahan limbah tepung aren menjadi energi biogas | 16 miliar | 135 m2/hari | 650 rumah tangga | 580 | Mencegah pencemaran air |
Dari empat proyek itu yang sudah uji coba produksi adalah PLTS di Karimunjawa. Pengelolaan pembangkit listrik ini akan dialihkan ke pemerintah daerah September 2018.
Kemudian proyek di Jatibarang akan beroperasi September dan dialihkan November 2018. Proyek pengolahan sampah di Cilacap beroperasi akhir Oktober dan diserahkan ke pemerintah daerah Desember 2018. Adapun pengolahan limbah tepung aren di Klaten ditargetkan beroperasi Desember.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan dengan program ESP3 ini, kemampuan masyarakat juga meningkat. Apalagi, teknisi ESP3 memberikan pelatihan bagi masyarakat.
Dengan pelatihan itu harapannya menjadi bekal jika BUMD dan BUMDES ditugaskan mengelola empat proyek tersebut. “Yang bagus adalah adanya proses transfer of knowledge dari Denmark,” kata Sujarwanto, di kantor Bappeda (6/8).
Proyek tersebut juga bisa bermanfaat bagi masyarakat. Salah satunya adalah keberadaan pembangkit listrik dari sampah.
Keberadaan pembangkit itu bisa menjadi alternatif pengolahan sampah. “Harapannya sampah tidak menjadi masalah tapi menjadi komoditas energi serta ekonomi dan ketergantungan terhadap fosil berkurang,” ujar Sujarwanto.
Kiprah Denmark
Program ESP3 ini bukan baru ini saja berjalan. ESP telah membantu Indonesia sejak tahun 2004. Fase pertama berlangsung selama satu tahun, dari 2006-2007 dengan fokus reorganisasi manajemen lingkungan paska bencana tsunami di Aceh tahun 2004. Fase satu berhasil merestorasi beberapa institusi lingkungan dan menjamin perlindungan (safeguarding) kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi area terdampak.
(Baca: Denmark Nilai Indonesia Berlimpah Sumber EBT yang Bisa Dimanfaatkan)
Fase dua berlangsung tahun 2008. Fase inimengadopsi pendekatan kolaboratif yang telah diinisiasi pada fase pertama.
Penyumbang Bahan: Azaria Anggana Laras