ISC Pertamina Siap Serap Lonjakan Produksi Blok Cepu

Anggita Rezki Amelia
21 September 2016, 20:02
Pipa terminal BBM
Katadata

Peningkatan produksi minyak di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu hingga 200 ribu barel per hari (bph) tampaknya belum menjadi masalah dalam pemasarannya. Unit bisnis PT Pertamina, yakni Integrated Supply Chain, mengaku siap untuk menyerap minyak bumi tersebut.

Senior Vice President ISC Daniel Purba mengatakan jika Lapangan Banyu Urip memproduksi minyak hingga 200 ribu barel per hari (bph), dalam sebulan, blok itu bisa menghasilkan enam juta barel minyak. Dari jumlah tersebut, ISC dapat menyerap hingga 70 persen atau 4,2 juta barel. (Baca: SKK Migas Akhirnya Restui Produksi Blok Cepu 200 Ribu Barel).

Besaran volume tersebut tidak menjadi masalah karena dalam catatannya, ISC pernah menyerap lebih besar dari itu. “Kami pernah menyerap sampai 4,4 juta bahkan pernah lima juta barel,” kata dia saat diskusi dengan wartawan di Gedung Pertamina Jakarta, Rabu, 21 September 2016.

Tapi, Daniel mengatakan memang ada kendala ketika produksi Lapangan Banyu Urip meningkat. Salah satunya adalah daya tampung fasilitas penyimpanan minyak di lepas pantai atau Floating Production Storage and Offloading (FPSO) yang terbatas.

Terbatasnya fasilitas penyimpanan ini membuat proses penjualan sering terlambat. "Kalau produksi dinaikkan itu operasional sangat ketat. Kehujanan sedikit tidak boleh, kapal datang terlambat proses muat dan produksi juga terganggu," ujar Daniel. (Baca: Lifting Minyak 11 Kontraktor Andalan Bakal Turun Tahun Depan).

Hal itu, kata Daniel, juga pernah terjadi pada tahun ini. Pada Juli 2016, volume minyak yang harus dijual dari produksi Lapangan Banyu Urip meningkat menjadi lima juta bph per bulan. Angka ini tertinggi dari bulan sebelumnya sepanjang tahun 2016.

Dari jumlah lima juta bph tersebut terbagi menjadi beberapa bagian. Rinciannya, jatah negara 2,05 juta, sisanya sebesar 3,15 juta menjadi bagian Pertamina EP Cepu (PEPC) dan Badan Kerja Sama (BKS) Blok Cepu.

Dari jumlah yang ada, Pertamina kesulitan menyerap sepenuhnya karena volume yang membludak. Akibatnya, jadwal pengapalan terganggu. Apalagi pada Juli bertepatan dengan libur hari raya Idul Fitri yang membuat kapal-kapal yang mengangkut lifting berhenti operasi. (Baca: Produksi Blok Cepu Jadi 200 Ribu Barel, Exxon Perlu Investasi Lagi).

Efek lanjutannya, Pertamina mengekspor satu kargo bagian PEPC sebesar 650 ribu bph. "Terpaksa ekspor daripada hanya untuk mengapung di air," kata dia.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...