Drone Emprit Duga Narasi Turunkan Jokowi Dompleng Aksi Massa Mahasiswa
Mahasiswa berencana menggelar aksi demonstrasi secara besar-besaran pada Senin (11/4). Dalam aksi ini, mereka memberikan enam tuntutan, dari mulai sikap tegas Presiden Joko Widodo untuk menolak wacana penundaan Pemilu, mengkaji ulang Undang-Undang tentang Ibu kota Negara (IKN) Nusantara, hingga menstabilkan harga bahan pokok.
Menjelang aksi ini, di media sosial juga berkembang penggunaan tanda pagar #TurunkanJokowi dan #GoodbyeJokowi, sebagai narasi untuk menurunkan Jokowi dari jabatannya sebagai Presiden.
Menurut Analis media sosial Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, narasi "Jokowi Turun" berusaha menunggangi rencana demonstrasi mahasiswa pada 11 April.
"Diduga tuntutan di atas adalah dari penunggang demo mahasiswa," ujar Fahmi melalui akun Twitter pribadinya. Katadata sudah mendapatkan izin untuk mengutip hasil penelitiannya pada Minggu (10/4).
KESIMPULAN
1/ Menjelang demo 11 April 2022 yang akan dilakukan mahasiswa, di media sosial berkembang narasi “Jokowi Turun” dengan tagar #TurunkanJokowi dan #GoodbyeJokowi, seolah-oleh itu adalah tuntutan mahasiswa. pic.twitter.com/VhVNBipx1s— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) April 9, 2022
Drone Emprit meneliti percakapan di Twitter menyangkut isu tersebut yang sempat ramai dalam sepekan terakhir. Secara total, Fahmi menemukan 24.728 percakapan di Twitter, yang membahas isu turunkan Jokowi, dengan tanda pagar #TurunkanJokowi dan #GoodbyeJokowi.
Percakapan ini bermula dengan 6 cuitan yang terlacak 4 April, dan mulai ramai pada 6 April dengan 6.498 percakapan. Kemudian, tren ini mencapai puncaknya dengan 12.004 cuitan di 7 April. Setelah itu, percakapan mengenai isu ini terus menurun.
"Dari analisis Drone Emprit, di atas tampak jelas bahwa tuntutan 'Jokowi Turun' ini berasal dari sebuah klaster yang secara intensif mengangkat tagar, disertai meme, poster, dan video yang mendorong dan mendukung rencana aksi demo mahasiswa, namun dengan narasi yang berbeda dengan narasi mahasiswa," jelas Fahmi.
Menurutnya, klaster ini ingin membangun emosi rasa takut atau ketakutan di masyarakat. Memberikan gambaran seolah-olah demonstrasi mahasiswa pada 11 April 2022 nanti akan mengerikan, sehingga Jakarta harus ditutup.