Masuk Grup WA Penganiaya Ade Armando, Ari Supit dari Lingkaran Istana?
Setelah peristiwa penganiayaan yang dialami Ade Armando di tengah-tengah demonstrasi mahasiswa pada Senin (11/4), kini muncul beragam spekulasi di media sosial yang menyebutkan peristiwa tersebut sebagai bagian dari rekayasa.
Bahkan, warganet ramai membicarakan salah satu tim khusus kepresidenan bernama Ari Supit yang masuk dalam grup WhatsApp pengeroyok dosen Universitas Indonesia Ade Armando. Namun, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko memastikan Ari Supit tidak berada di lingkaran Istana.
"Saat ini, nama tersebut tidak tercatat menjadi staf di KSP maupun Staf Khusus Presiden RI," kata Moeldoko kepada Katadata.co.id, Selasa (12/4).
Menurutnya, Ari Supit memang pernah menjadi pembantu asisten Staf Khusus Presiden pada 2016-2019. Namun, ia sudah tidak lagi bekerja pada posisi tersebut sejak 2019 lalu.
Staf Khusus Presiden yakni Sukardi Rinakit mengatakan Ari Supit saat ini tak tercatat sebagai staf di Tim Komunikasi Presiden (TKP) maupun KSP. Ia juga tidak mengetahui nomor kontak yang bersangkutan. "Wah saya tidak tahu," kata Sukardi dalam pesan Whatsapp. Adapun pesan singkat Katadata.co.id ke Ari Supit belum mendapatkan respons.
Berdasarkan kicauan akun Twitter @AnakLolina2, ada salah satu grup WhatsApp bernama Nusantara'98. Grup itu membahas posisi Ade Armando yang berada di sekitar gedung DPR, Jakarta.
Grup WhatsApp tersebut juga mengajak anggotanya untuk mengeroyok Ade Armando. "Ade Armando menyusup di sela-sela mahasiswa berdemo di Gedung DPR RI Pusat," demikian tertulis pada tangkapan layar grup tersebut.
Meski begitu, salah satu anggota grup tersebut diduga bernama Ari Supit. Warganet itu pun mempertanyakan keberadaan Ari Supit di dalam grup.
"Siapa dia sebenarnya dan kenapa bisa lolos di jantung pemerintahan," tulis @AnakLolina2.
Saat ini, Ade Armando dirawat di Rumah Sakit Siloam, Semanggi, Jakarta Selatan. Ade dikeroyok oleh sejumlah orang yang diduga bukan mahasiswa.
Sebelumnya, Moeldoko meminta aparat keamanan untuk mencari pengeroyok Ade Armando. “Cari (pelakunya), temukan, dan tindak tegas!” Kata Moeldoko dalam keterangan pers, dikutip Selasa (12/4).
Moeldoko mengingatkan, aspirasi merupakan hak setiap warga negara dalam berdemokrasi. Namun, penyampaian aspirasi yang bersifat anarkis tidak akan menghasilkan apa-apa.
Ia menilai, aspirasi yang anarkis sama dengan memaksakan kehendak. “Orang Indonesia pasti sudah bisa membedakan antara demokrasi dan anarkistis,” kata Moeldoko.
Moeldoko memastikan, pemerintah terbuka menerima kritik dan masukan dari masyarakat melalui berbagai saluran, tidak terkecuali melalui unjuk rasa. Namun, ia menyayangkan unjuk rasa yang sebelumnya berjalan tertib malah tercoreng dengan kericuhan yang ditimbulkan sejumlah pengunjuk rasa.
“Saya mengecam tindakan anarkis para pengeroyok terhadap saudara Ade Armando,” kata Moeldoko.