Alasan Drone Emprit Telusuri Asal Usul Cebong dan Kampret di Twitter

Image title
18 April 2022, 16:49
Twitter
Reuters
Twitter

Platform analisis data media sosial, Drone Emprit telah merilis data mengenai polarisasi penggunaan istilah "cebong", "kampret", "kadrun", dan "buzzeRp" pada media sosial Twitter. Penelitian data ini dilakukan sebagai respons terhadap maraknya penempatan label identitas bagi masyarakat yang mengkritik pemerintah, maupun kepada mereka yang pro terhadap kebijakan pemerintah.

“Sebab banyaknya orang yang diberi gelar kadrun, karena berbeda pendapat dengan kelompok tersebut, atau karena mengritik pemerintah,” kata Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, kepada Katadata.co.id, Senin (18/4).

Advertisement

Awalnya, Fahmi tertarik meneliti penggunaan istilah-istilah ini setelah cuitan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia (IPI), Burhanuddin Muhtadi, setelah dirinya mendapatkan label kadrun pada Sabtu (16/4). Cap ini diberikan setelah IPI mempublikasikan hasil survei mengenai kepercayaan publik terhadap institusi politik, isu-isu mutakhir, dan dinamika elektoral menjelang Pemilu 2024. 

Pada survei yang digelar 11-21 Ferbuari tersebut menyatakan bahwa mayoritas publik menolak perpanjangan masa jabatan presiden, dan adanya 69,2% masyarakat yang semakin takut untuk menyatakan pendapatnya.

Meski demikian, Fahmi menjelaskan bahwa penelitiannya digelar atas dasar rasa penasaran mengenai asal mula penggunaan beragam istilah tersebut di media sosial, terutama Twitter, sehingga bukan semata-mata membalas cuitan Burhanuddin.

“Betul, bukan karena membela Burhanuddin Muhtadi saja,” katanya.

Temuan yang dirilis Drone Emprit berisi tren popularitas sebutan-sebutan unik yang kerap disematkan masyarakat. Di dalamnya terdapat empat kata kunci yang dianalisis, yaitu "cebong", "kampret", "kadrun", dan "buzzeRp" dan variasinya "buzzerRp".

Berdasarkan penelitiannya, istilah cebong terungkap merujuk kepada kelompok pendukung Presiden Joko Widodo, dan aktif pada masa Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 lalu. Selama ini istilah cebong dianggap terinspirasi oleh peristiwa Jokowi saat melepas katak di kolam Istana Bogor pada 3 Jan 2016. Namun dari data Drone Emprit, sebelum itu sudah ada masyarakat yang menggunakan istilah cebong.  

"Istilah 'cebong' sebagai 'pendukung Jokowi' mulai banyak digunakan sejak Agustus 2015," jelas Fahmi.

Namun, istilah ini semakin populer setelah putera bungsu Jokowi, Kaesang Pengarep, kerap membuat lelucon mengenai kecebong di Twitter. 

Berdasarkan perekaman jejak sejak Juli 2015 hingga 16 April 2022 lalu, terdapat lima akun yang memiliki tingkat interaksi tertinggi dengan mencuitkan kata cebong, yaitu akun @RestyCayah dengan lebih dari 68 ribu engagement, @TanYoana lebih dari 50 ribu engagement, @RajaPurwa lebih dari 40 ribu engagement, @anonLokal lebih dari 36 ribu engagement, dan @ekowBoy lebih dari 34 ribu engagement.

Dari kelima akun ini, tinggal @ekowBoy dan @anonLokal yang akunnya terdeteksi masih aktif, sedangkan @RestyCayah, @TanYoana, dan @RajaPurwa sudah tidak aktif lagi. 

Sementara istilah kampret menjadi label terhadap kelompok pendukung Prabowo Subianto, yang kala itu menjadi calon presiden (capres) pesaing Jokowi pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.

Istilah kampret muncul pertama kali pada Oktober 2015, dan semakin ramai pada pertengahan 2018. Selain digunakan oleh pendukung Jokowi untuk membalas pendukung Prabowo, istilah ini juga kerap digunakan para K-poppers atau pecinta budaya Korea, sehingga jumlah pengguna aktifnya mencapai lebih dari satu juta.

“Yang menggunakan kampret untuk merujuk pada pendukung Prabowo mungkin separuhnya atau kurang,” jelas Fahmi.

Halaman:
Reporter: Ashri Fadilla
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement