Kendala dan Potensi Koalisi Demokrat - Golkar

Image title
9 Mei 2022, 11:46
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) berjalan bersama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (kanan) usai melakukan pertemuan di Widya Candra, Jakarta, Sabtu (7/5/2022). Pertemuan kedua ketua umum partai politik tersebut d
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/nym.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) berjalan bersama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (kanan) usai melakukan pertemuan di Widya Candra, Jakarta, Sabtu (7/5/2022). Pertemuan kedua ketua umum partai politik tersebut dalam rangka silaturahim Hari Raya Idul Fitri 1443H.

Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 masih panjang, tetapi geliat partai politik dalam membangun komunikasi mulai berjalan. Hari Raya Idul Fitri pun menjadi momentum bagi beberapa petinggi partai untuk saling berkunjung.

Seperti yang terjadi pada akhir pekan lalu, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mendatangi Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto di rumah dinasnya pada Sabtu (7/5).

Advertisement

Meski AHY mengklaim pertemuan tersebut sekadar untuk bersilaturahmi, posisi mereka sebagai pucuk pimpinan partai dinilai pengamat memiliki makna tersirat lain.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menyangsikan pertemuan di antara ketua umum parpol untuk membahas persoalan ringan. Menurutnya, pertemuan tersebut sudah pasti memuat agenda politik.

“Ada kemungkinan dua ketum itu membicarakan peluang koalisi,” ujar Jamil saat dihubungi Katadata.co.id pada Senin (9/5).

Saat ini baik Demokrat maupun Golkar masih sama-sama bersikukuh untuk mengusung ketua umum masing-masing partai sebagai kandidat capres. Meski demikian, kans bagi kedua partai untuk berkoalisi tetap terbuka.

Jamil pun memberikan catatan, jika kedua parpol ini ingin memenangkan Pemilu 2024, mereka masih perlu menggandeng partai besar lain.

“Meskipun kedua parpol tersebut sebenarnya kalau hanya sekedar mengusung (capres), sudah cukup,” jelasnya.

Menurut Jamil, jika melihat kepada kebiasaan umum pemilih di Indonesia berdasarkan ideologi, kedua partai ini masih perlu menggandeng partai politik yang memiliki latar belakang ideologi agamis. Sebab realitas politik di Indonesia merupakan cerminan dari dua kekuatan, yaitu nasionalis dan agamis.

Tantangan lain jika ingin membangun koalisi adalah pertimbangan terkait posisi capres dan cawapres. Jika melihat perolehan kursi parlemen berdasarkan hasil Pemilu sebelumnya, Golkar jauh mengungguli Demokrat. Tetapi dari segi elektabilitas, AHY saat ini cenderung memiliki elektabilitas lebih tinggi dibandingkan Airlangga.

“Konteks Pilpres, harusnya yang lebih diutamakan adalah elektabilitas personal, bukan elektabilitas partai. Dilihat dari logika politik itu, sepantasnya kalau mereka berkoalisi, AHY-lah yang menjadi capres, Airlangga Hartarto menjadi cawapres. Hanya saja masalahnya, apakah Airlangga dan Golkar mau?” kata Jamil.

Halaman:
Reporter: Ashri Fadilla
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement