Ketika Mahathir Sadar Perkataannya Suka Bikin Orang Indonesia Tertawa

Aryo Widhy Wicaksono
17 Juni 2022, 20:27
Suasana penyambutan kunjungan Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad ke Kantor DPP NasDem atau NasDem Tower, Jakarta, Jumat (17/6/2022). ANTARA/Tri Meilani Ameliya.
ANTARA/Tri Meilani Ameliya
Suasana penyambutan kunjungan Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad ke Kantor DPP NasDem atau NasDem Tower, Jakarta, Jumat (17/6/2022). ANTARA/Tri Meilani Ameliya.

Indonesia dengan Malaysia mungkin memiliki sejarah rumpun yang sama, akan tetapi ketika menyangkut bahasa, kedua negara memiliki pemahaman kata yang berbeda.

Hal ini juga yang menjadi persoalan, ketika mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, memberikan keynote speech dalam acara Diskusi bertajuk "Politik Membangun Peradaban, Hubungan ASEAN dan Tantangan ke Depan", yang digelar pada Rakernas Partai Nasdem, Jumat (17/6).

Terdapat beberapa momen jenaka ketika kata yang diucapkan Mahathir, karena memiliki arti yang berbeda dalam bahasa Indonesia, menghadirkan tawa dan senyum dari peserta Rakernas Nasdem di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.

"Saya juga sadar, antara perkataan yang saya guna agak janggal dan lucu pada pendengaran saudara-saudari," kata Mahathir membuka pidatonya.

"Tetapi perbedaan ini pasti tidak besar, karena seperti hadirin semua tahu, bahwa asasnya budaya bahasa dan nilai kita berasal dari rumpun yang sama. Tatkala keseluruhan bumi Indonesia dan Malaysia terbentang sebagai satu nusantara, yang tidak terbagi oleh sempadan yang hari ini kita kenali sebagai negara bangsa," lanjutnya.

Salah satunya ketika menjelaskan mengenai kedewasaan berpolitik usai pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu), demi menjaga stabilitas negara.

Menurut Mahathir, sebuah bangsa dapat maju apabila pihak yang terlibat dalam Pemilu mampu menjunjung semangat demokrasi dan tidak larut dalam persaingan politik.

"Ini memerlukan kematangan berpolitik, pihak yang menang, dan juga pihak yang tewas. Demokrasi yang dipegang perlu memahami sebagai keputusan majority rakyat, dan yang tewas menghormati keputusan tersebut," jelas Mahathir.

Setelah mendengar kata "tewas", sontak hadirin melepaskan tawa. Dalam bahasa Indonesia tewas berarti mati. Tetapi Mahathir bermaksud kalah.

Perbedaan lainnya adalah ketika Mahathir menyebutkan bahwa untuk negara dapat maju, maka mereka butuh kerajaan yang stabil. "Salah satu kriteria yang sering saya ungkapkan perlu bagi seorang pemmimpin memajukan negara, ialah sebuah kerajaan yang stabil."

Halaman:
Reporter: Ashri Fadilla
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...