Cina Gelar Latihan Militer, Tutupi Perairan Sekitar Taiwan
Ketua Parlemen Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi telah menyelesaikan kunjungannya ke Taiwan pada Rabu (3/8). Pelosi menyatakan solidaritas dan memuji demokrasi negara tersebut. Kunjungan kontroversial ini bertentangan dengan keinginan Presiden AS Joe Biden.
Tak hanya itu, kunjungan Pelosi juga menyulut kemarahan Cina, yang masih mengeklaim Taiwan sebagai sebuah provinsi dan menjadi bagian dari negara mereka.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menuduh AS telah melanggar kedaulatan negaranya dengan menggunakan kedok demokrasi. "Mereka yang bermain api tidak akan berakhir dengan baik, dan mereka yang menyinggung Cina akan dihukum," ujarnya seperti dikutip BBC, Kamis (4/8).
Setelah kunjungan Pelosi selesai, Cina menyiagakan pasukan militer dan mengumumkan menggelar latihan lima hari yang akan dimulai Kamis (4/8). Latihan itu akan berlangsung di beberapa jalur perairan tersibuk dan mencakup penggunaan amunisi hidup.
Merespons meningkatnya mobilitas militer Cina, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan negaranya tengah menghadapi "ancaman militer yang sengaja ditingkatkan".
Taiwan pun meminta kapal untuk mencari rute alternatif guna menghindari latihan tersebut, dan sedang bernegosiasi dengan negara tetangga seperti Jepang dan Filipina, untuk menemukan rute penerbangan alternatif.
Pada saat Pelosi mengunjungi pulau tersebut, Rabu (3/8), Taiwan juga menyebutkan adanya 27 pesawat tempur Cina yang memasuki zona pertahanan udara mereka. Kementerian Pertahanan Taiwan sampai mengerahkan jet untuk memberikan peringatan kepada mereka.
Menyitir laporan Reuters, Kementerian Pertahanan Taiwan pada Kamis (4/8) mengatakan, bahwa pesawat tak dikenal, mungkin drone, telah terbang pada Rabu malam di atas wilayah kepulauan Kinmen sehingga pihaknya menembakkan suar untuk mengusir obyek terbang itu.
Sebuah peta resmi menunjukkan lokasi dari beberapa latihan ini lebih dekat ke pulau daripada latihan sebelumnya, tulis CNN. Bahkan, keberadaan militer Cina melanggar batas perairan teritorial Taiwan.
Analis menyebut kondisi ini menunjukkan adanya eskalasi dari ancaman sebelumnya, yang dimanfaatkan oleh Beijing terhadap Taiwan.
Peta juga menunjukkan posisi latihan kali ini juga lebih padat dalam mengelilingi pulau.
Menurut Carl Schuster, mantan kapten Angkatan Laut AS dan mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, latihan ini menunjukkan Cina telah melangkah lebih jauh dari sebelumnya. "Sinyal geopolitik yang dikirim adalah bahwa Cina dapat menutup akses udara dan laut Taiwan kapan pun ia mau," katanya.
Tak hanya menyiagakan pasukan militer, secara ekonomi, otoritas perdagangan dan bea cukai Cina membatasi perdagangannya dengan Taiwan dengan menghentikan ekspor dan impor beberapa komoditas, Rabu (3/8).
Pemerintah Cina mengatakan telah menghentikan ekspor pasir, impor jeruk, dan beberapa jenis ikan dari Taiwan. Administrasi Umum Kepabeanan Cina menjelaskan impor makanan dihentikan karena alasan pestisida dan virus corona pada beberapa pengiriman. Sementara Kementerian Perdagangan Cina mengatakan telah menangguhkan ekspor pasir sesuai dengan ketentuan hukum yang tidak ditentukan.
Pakar perdagangan Cina di Universitas Manajemen Singapura, Henry Gao, mengatakan bahwa pasir merupakan sumber daya penting bagi Taiwan karena digunakan untuk sektor teknologi, militer, serta konstruksi. Taiwan harus mendapatkan alternatif baru untuk memperoleh komoditas tersebut.
“Saya pikir kemungkinan besar Cina akan mengumumkan sanksi ekonomi lainnya, tetapi tidak mungkin efektif kecuali Cina melarang impor terbesarnya dari Taiwan – semikonduktor. Namun, itu akan merugikan Cina sendiri juga, karena begitu banyak perusahaan Cina bergantung pada semikonduktor,” kata Gao.
Taiwan merupakan negara terbesar yang menjadi produsen semikonduktor dunia. Perusahaan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) adalah produsen cip semikonduktor yang menguasai 54% pangsa pasar semikonduktor dunia pada 2020.
Dikutip dari Taipei Times, Direktur Jenderal Administrasi Makanan dan Obat-obatan Taiwan, Wu Shou-Mei, menyatakan bahwa langkah Cina membatasai perdagangan mungkin bermotif politik. Hal itu karena produsen Taiwan diperlakukan berbeda dari lainnya.
Cina adalah mitra dagang terbesar Taiwan. Ekspor Taiwan ke Cina daratan dan Hong Kong mencapai US$ 188,9 miliar pada 2021.