Eropa Bersiap-siap Tanpa Pasokan Gas dari Rusia
Krisis energi di Eropa semakin parah kondisinya, setelah Rusia kian membatasi ekspor gas alam cair mereka, yang biasanya disalurkan melalui pipa Nord Stream 1.
Menyitir Bloomberg, harga gas melonjak lebih dari 35% karena para pedagang bereaksi terhadap keputusan Rusia menutup pipa gas utamanya tanpa batas waktu.
Euro merosot ke level terendah dalam dua dekade, sempat menyentuh USD 0.99 pada Minggu (4/9), dan membuat ekuitas pun jatuh. Pembuat kebijakan sedang berupaya untuk mencari cara membatasi permintaan, sekaligus mencegah pasar berubah secara liar yang berpotensi mengganggu sektor keuangan lebih luas.
Meski penyimpanan gas diisi lebih cepat dari perkiraan, kekhawatiran mengenai cara Eropa menggantikan aliran yang hilang dari Rusia saat musim dingin dan memenuhi permintaan yang meningkat tetap menjadi perhatian utama.
Berbagai pihak bahkan pesimistis Jerman dapat memenuhi targetnya untuk mengisi tempat penyimpanan gas alam hingga 95% pada awal November.
Para menteri energi Eropa akan membahas proposal radikal untuk mengekang harga listrik saat mereka mengadakan pertemuan darurat pada Jumat (9/9) mendatang. Termasuk membahas pembatasan harga gas dan penangguhan perdagangan derivatif listrik.
Tolok ukur gas berjangka Eropa ditutup 15% lebih tinggi, setelah sebelumnya melonjak sebanyak 35%. "Tapi tentu saja saat kita mendekati musim dingin, kurangnya Nord Stream dapat lebih tercermin dalam harga," kata seorang peneliti di Institut Oxford untuk Studi Energi, Jonathan Stern, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/9).
Mengutip Reuters, harga gas Eropa meroket pada Senin (5/9), melonjak setinggi 272 euro per megawatt jam ketika pasar dibuka.
Pipa Nord Stream, yang mengalir di bawah Laut Baltik ke Jerman, secara historis memasok sekitar sepertiga dari gas yang diekspor Rusia ke Eropa. Akan tetapi sudah berjalan hanya dengan 20% dari kapasitas sebelum aliran dihentikan pada Jumat (2/9) pekan lalu untuk pemeliharaan.
Eropa menuduh Rusia menggunakan pasokan energi sebagai senjata, untuk membalas sanksi Barat kepada Moskow atas invasi ke Ukraina. Rusia mengatakan Barat telah melancarkan perang ekonomi dan sanksi telah menghambat operasi pipa.
Gas Rusia yang dipasok melalui Ukraina, rute utama lainnya, juga telah berkurang, membuat Uni Eropa kini berlomba untuk menemukan pasokan alternatif untuk mengisi ulang fasilitas penyimpanan gas untuk musim dingin.
Beberapa negara bagian telah memicu rencana darurat yang dapat mengarah pada penjatahan energi dan meningkatkan prospek resesi.
"Pasokan sulit didapat, dan semakin sulit untuk mengganti setiap gas yang tidak berasal dari Rusia," kata rekanan senior untuk komoditas di Aurora Energy Research, Jacob Mandel, seperti dikutip Reuters, Selasa (6/9).
Uni Eropa mengharapkan Rusia untuk menghormati kontrak energi yang ada, tetapi di sisi lain juga siap untuk menghadapi tantangan jika mereka gagal memenuhi kontrak.
"Kami tidak takut dengan keputusan Putin. Kami meminta mereka untuk menghormati kontrak mereka tetapi jika tidak, kami siap untuk bereaksi," ujar Komisaris Ekonomi Uni Eropa Paolo Gentiloni, seperti dikutip Reuters, Sabtu (3/9).
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada hari Minggu bahwa Jerman, kekuatan ekonomi Uni Eropa dan konsumen gas terbesar di Eropa, telah mempersiapkan penghentian total dalam pengiriman gas.
Jerman berada di fase dua dari rencana gas darurat tiga tahap. Fase ketiga akan meliputi strategi penjatahan kepada sektor industri.
Norwegia, produsen gas utama Eropa, juga telah memompa lebih banyak bahan bakar ke pasar Eropa.
“Ada banyak ruang untuk mengganti gas (Rusia) dengan impor LNG untuk saat ini, tetapi ketika cuaca menjadi dingin dan permintaan mulai meningkat di musim dingin di Eropa dan Asia, hanya ada begitu banyak LNG di luar sana yang dapat diimpor oleh Eropa," jelas Mandel.
Pasar global untuk LNG sudah ketat karena ekonomi dunia menyedot pasokan dalam pemulihan dari pandemi, bahkan sebelum krisis Ukraina menambah tantangan.
Sebelumnya, presiden regulator energi Badan Jaringan Federal Jerman, Klaus Mueller, pada Agustus lalu mengatakan jika kapasitas toko gas Jerman penuh 100%, mereka akan kosong dalam 2,5 bulan jika aliran gas Rusia dihentikan sepenuhnya.
Fasilitas penyimpanan Jerman sekarang telah 85% penuh, sementara fasilitas di seluruh Eropa mencapai target 80% minggu lalu.