Nilainya Anjlok hingga 90%, Aset Kripto Diyakini Bangkit Kembali

Aryo Widhy Wicaksono
14 Mei 2022, 23:06
Bitcoin
Wikimedia

Pasar aset kripto mengalami koreksi signifikan dalam seminggu terakhir, dengan Bitcoin dan Etherum mengalami tren penurunan lebih dari 20 persen. Namun yang paling parah adalah Terra Luna, yang turun hingga 90 persen. Kondisi ini menyebabkan pasar aset kripto  kehilangan separuh nilainya setelah mengalami all time high dari November 2021.

Kendati sama-sama menghadapi koreksi, menurut Head of Growth Zipmex Indonesia, Siska Lestari, kondisi tren penurunan aset pada Mei 2022 ini berbeda dibandingkan dengan apa yang terjadi April lalu. Terlepas dari sifat aset kripto yang terdesentralisasi, tetapi masih rentan terhadap sentimen pasar. Memasuki kuartal kedua 2022, perkembangan dan pergerakan pasar aset kripto bisa dibilang cukup stagnan dan cenderung mengalami penurunan.

“Kondisi pasar yang terkoreksi bersifat sementara serta bukan fenomena yang baru terjadi untuk pertama kali. Ketika sentimen pulih, nilai pasar pun akan kembali menguat," jelasnya dalam keterangan yang diterima Katadata.co.id, Sabtu (14/5). 

Koreksi harga pada Mei 2022 terjadi karena beberapa alasan. Alasan terbesar adalah keputusan The Fed menerapkan Kebijakan Hawkish untuk mengendalikan inflasi. Beberapa langkah yang ditempuh The Fed adalah menaikkan suku bunga acuan secara bertahap serta menerapkan Quantitative Tightening (QT).

Kebijakan ini membuat tingkat penawaran dan permintaan di pasar menjadi rendah, serta harga saham menurun. Hasilnya, investor cenderung memilih untuk memindahkan investasi mereka dari saham dan ekuitas ke instrumen tradisional seperti dolar AS, karena dianggap lebih stabil dan tidak spekulatif.

Berikut penurunan nilai mata uang kripto:

Selain itu, beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi koreksi pasar aset kripto belakangan ini adalah kekhawatiran terhadap dampak pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat dan ancaman resesi ekonomi, meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Cina, dan perang di Ukraina.

Hal senada juga diungkapkan Analis dan praktisi hukum di Frans & Setiawan Law Office, Hendra Setiawan Boen. Menurutnya, perang antara Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan terganggunya pergerakan ekonomi di Eropa dan kenaikan faktor suku bunga pinjaman, mengakibatkan inflasi yang cukup tinggi dan akan terus naik.

Halaman:
Reporter: Aryo Widhy Wicaksono
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...