Properti, Saham Paling Menggiurkan di Pasar Modal

Image title
Oleh
28 Mei 2013, 11:12
konstruksi properti
Arief Kamaludin|KATADATA
KATADATA

KATADATA ? Sektor properti, dalam satu tahun terakhir mampu menunjukkan kinerja saham dengan pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lain. Tercatat indeks saham properti tumbuh hingga 81,2 persen, melebihi pertumbuhan sektor industri campuran sebesar 51,6 persen dan konsumsi 50,58 persen.

Saham-saham unggulan dengan performa tinggi di sektor properti adalah Jakarta International Hotel, Adhi Karya, Nusa Konstruksi, Laguna Cipta dan Lippo Cikarang.

Tidak hanya dalam setahun terakhir, performa saham sektor properti secara bulanan juga cukup stabil dibandingkan dengan sektor keuangan dan perkebunan, yang kerap menjadi primadona. Bahkan, dalam satu bulan terakhir indeks sektor keuangan sempat jatuh minus 1,13 persen dan semakin terpuruk dalam satu minggu terakhir dengan pertumbuhan minus 1,4 persen.

Kalangan analis percaya pertumbuhan sektor properti didorong oleh daya beli yang kuat, serta permintaan yang sangat tinggi. Untuk itulah, riset bank dunia yang menyatakan kalau bisnis properti mulai berpotensi 'bubble', dianggap terlalu dini.

Ali Tranghanda, Director of the Indonesia Property Watch meyakini harga properti yang tinggi masih berada pada rentang daya beli masyarakat. Alasannya, dominasi pembeli properti di Indonesia adalah end user. "Angkanya sekitar 75 persen dari end user."

Data yang dirilis Bank Dunia menampilkan harga jual apartemen hunian di Jakarta tumbuh 45 persen (yoy) sampai Desember 2012, bersamaan dengan peningkatan kredit bagi apartemen hunian, yang meningkat sebesar 84 persen (yoy). Ruang kantor komersial dan industri juga menguat dengan harga jual ruang komersial di Jakarta meningkat sebesar 43 persen hingga Desember dan sewa lahan di kawasan perindustrian meningkat 22 persen.

Investor percaya, properi masih menjadi ladang aman untuk berinvestasi. Melihat pertumbuhan indeks saham properti yang selalu positif, mereka memperkirakan ada kemungkinan masih bisa terulang lagi tahun ini.

Namun demikian perlu diperhatikan bahwa riset survei harga properti residensial yang dirilis Bank Indonesia menyebut tekanan kenaikan harga properti residensial diperkirakan akan berlanjut pada triwulan II 2013. Sebagian besar responden (34,3 persen) menyebutkan penyebab kenaikan utama  harga properti ini didorong oleh kenaikan harga bangunan.

Selain itu dari sisi permintaan dan penawaran properti residensial di 14 kota besar di Indonesia, pertumbuhannya diperkirakan masih akan tetap. Sebagian besar responden berpendapat bahwa faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah tingkat suku bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kepemilikan apartemen (KPA).

Hingga Maret lalu, penyaluran KPR dan KPA sektor properti tumbuh 3,7 persen dimana pembelian sektor properti menyumbang 76,5 persen. Rata-rata tingkat suku bunga yang diberikan adalah antara 9-12 persen. Agak berbeda sedikit bagi developer, dana internal perusahaan masih menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan, dengan modal disetor mencapai 37,5 persen.

Sementara itu berdasarkan tipe rumah, kenaikan harga paling tinggi terjadi pada rumah bertipe kecil. Dari 14 kota besar yang tercakup dalam survei, kenaikan harga properti tertinggi adalah di wilayah Surabaya (8,02 persen, qtq).

Reporter: Agus Dwi Darmawan
Editor: Arsip
    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...