Mengapa Rupiah Terjungkal oleh Lonjakan Impor BBM

Image title
Oleh
28 November 2013, 00:00
2696.jpg
Arief Kamaludin | KATADATA
KATADATA | Dok. KATADATA

KATADATA ? Kenaikan konsumsi bahan bakar secara berkelanjutan telah berpengaruh terhadap lonjakan impor minyak. Dampak lanjutannya, neraca transaksi berjalan memburuk sehingga nilai tukar rupiah makin terjungkal.

Data Bank Indonesia memaparkan dalam tiga tahun terakhir nilai tukar rupiah terus memburuk seiring dengan kenaikan impor minyak dan gas. Pada Januari 2010, impor migas masih sekitar US$ 1,6 miliar dan saat itu nilai tukar rupiah mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia masih Rp 8.286 per dolar AS.

Namun, sejak pertengahan 2011, impor migas rata-rata sudah melebihi US$ 3 miliar. Tak jarang menyentuh US$ 4 miliar per bulan. Bahkan, pada Juli 2013, setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, impor minyak juga menembus angka US$ 4 miliar karena konsumsi BBM tetap melonjak.

Lonjakan impor minyak ini menimbulkan defisit neraca perdagangan migas. Tak pelak, pembengkakan defisit transaksi berjalan tak bisa terhindarkan. Bahkan, defisit transaksi berjalan sudah terjadi sepanjang 9 kuartal atau 26 bulan. Defisit transaksi tahun lalu mencapai US$ 24 miliar dan tahun ini diperkirakan di atas US$ 30 miliar.

Beban defisit transaksi berjalan yang kian membengkak menimbulkan sentimen negatif bagi investor sehingga terjadi aliran dana keluar. Aliran modal keluar, serta kebutuhan dolar yang meningkat akibat kenaikan impor BBM membuat nilai tukar rupiah semakin rentan.

Halaman:
Reporter: Heri Susanto
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...