Defisit Minyak Tetap Tinggi, Meski Subsidi Dihapus

Image title
Oleh
16 Desember 2013, 00:00
2487.jpg
Arief Kamaludin | KATADATA
KATADATA | Agung Samosir

KATADATA ? Tingginya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi merupakan penyebab terbesar defisit neraca transaksi berjalan. Meski begitu, menghapus subsidi BBM tidak serta merta menghilangkan defisit.

Menurut Budi Hikmat, Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Management, dua faktor utama yang memengaruhi defisit minyak adalah harga minyak global dan pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri.

Dia menjelaskan, penjualan otomotif dalam 10 tahun terakhir mencapai 66,3 juta unit atau melonjak 319 persen dibandingkan satu dekade sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 59,5 juta unit merupakan penjualan sepeda motor.

?Yang jelas kendaraan tersebut butuh bahan bakar. Sementara Indonesia terus kesulitan meningkatkan produksi minyak,? kata Budi dalam ?Catatan Akhir Tahun 2013 PT Bahana TCW Investment Management?.

Bahana, kata Budi, menghitung proyeksi defisit neraca minyak dengan memasukkan indikator volume penjualan kendaraan per buran, harga minyak mentah Indonesia (ICP), dan harga BBM jenis premium.

Dalam model yang dibuat Bahana, harga minyak menjadi faktor paling menentukan dengan koefisien elastisitas sebesar 1,15. Artinya setiap 1 persen kenaikan ICP akan berbanding lurus terhadap beban subsidi BBM sebesar 1,15 persen.

?Faktor kedua yang paling memengaruhi adalah penjualan kendaraan,? kata Budi. ?Dengan taksiran setiap 1 persen kenaikan penjualan akan memicu pertambahan defisit 0,63 persen.?

Dengan perhitungan tersebut, maka bisa diperkirakan defisit neraca minyak per bulan pada berbagai skenario penjualan kendaraan dan harga minyak. Pada asumsi harga ICP US$ 106 per barel dan premium Rp 6.500 per liter, defisit neraca minyak per bulan diproyeksikan sebesar US$ 1,74 miliar apabila penjualan otomotif naik 10%. 

Halaman:
Reporter: Aria W. Yudhistira
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...