Rupiah Masih Melemah Hingga Pertengahan Tahun

Image title
Oleh
28 Januari 2014, 00:00
2704.jpg
Arief Kamaludin | KATADATA
KATADATA | Donang Wahyu

KATADATA ? Kurs rupiah hingga pertengahan tahun ini diperkirakan terus mengalami pelemahan. Belum jelasnya dampak pengurangan stimulus keuangan (tapering off) The Fed serta pemerintahan Indonesia yang baru akan mempengaruhi nilai rupiah.

?Di semester II akan lebih baik karena tapering off sudah di-price in dan kita sudah tahu siapa yang jadi presidennya, komposisinya seperti apa. Walaupun investor suka nggak suka (dengan yang terpilih),? kata Eric Sugandhi, ekonom Standard Chartered Bank di Jakarta.

Advertisement

Kurs rupiah di pasar spot hingga pukul 12.00 WIB kembali melemah sekitar 25 poin menjadi Rp 12.264 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan Selasa (27/1). Sementara pada kontrak non-delivery forward (NDF) 12 bulan, rupiah diperdagangkan Rp 13.247 per dolar AS, atau turun 35 poin.

Situasi ini masih menunjukkan tekanan terhadap rupiah masih tinggi. Ini terlihat dari selisih antara pasar spot dan forward yang masih tinggi sebesar 984,5 poin. Ini sudah sedikit menurun dibandingkan selisih pada 27 Agustus 2013 yang mencapai 1.710 poin. Namun selisih saat ini masih jauh lebih tinggi dari kondisi pada 23 Februari 2013 yang selisihnya hanya 375 poin.

Menurut Eric, perekonomian Indonesia saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Seperti defisit neraca transaksi berjalan yang masih akan ada hingga tahun depan. Meskipun Bank Indonesia sudah memprediksi defisit akan berkurang seiring mulai membaiknya neraca perdagangan.

Namun adanya pemilu membuat pilihan kebijakan untuk menekan defisit tersebut berkurang. Terutama mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dengan menaikkan harga sehingga impor menjadi berkurang. Adapun pilihan yang ada adalah dengan menaikkan suku bunga acuan (BI Rate).

Eric memperkirakan Bank Indonesia akan kembali menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin. ?Kami melihat risiko yang terjadi terhadap Indonesia masih ada. Makanya kami expect suku bunga masih bisa naik 50 basis poin lagi ke 8 persen,? ujarnya.

Selain masih belum jelasnya pelaksanaan tapering off The Fed, Indonesia juga menghadapi sejumlah masalah seperti negara-negara tujuan ekspor yang mengalami perlambatan ekonomi, seperti Turki, China, India, dan Argentina.

?Di global kita masih ada masalah tapering. Memang sudah diumumkan, tapi nanti eksekusinya seperti apa kita belum tahu. Kemudian ada juga negara-negara emerging market yang kebetulan lagi jelek posisinya, seperti Turki, Afrika Selatan, dan Argentina,? ujarnya.

Reporter: Aria W. Yudhistira
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement