Penguatan Rupiah Percuma Tanpa Reformasi BBM

Image title
Oleh
3 April 2014, 00:00
3289.jpg
Donang Wahyu|KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin

KATADATA ? Pemerintah diminta segera melaksanakan reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk mencegah terjadinya tekanan terhadap neraca transaksi berjalan. Hal ini terlihat dari tingginya defisit neraca minyak dalam dua bulan awal 2014, meski nilai tukar rupiah terus menunjukkan penguatan sejak awal tahun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, rata-rata defisit neraca minyak Januari-Februari 2014 mencapai US$ 2,3 miliar per bulan. Ini 22 persen lebih tinggi dari rata-rata defisit pada tahun lalu sebesar US$ 1,9 miliar. Adapun total defisit neraca minyak dalam per Februari 2014 mencapai US$ 4,6 miliar.

Menurut Helmi Arman, ekonom Citi Group Indonesia, penguatan kurs rupiah tidak akan serta merta menaikkan impor. Namun kenaikan rupiah bisa jadi akan menganggu neraca transaksi berjalan, terutama jika itu menopang tingkat kepercayaan konsumen dan penjualan ritel. Pada akhirnya mendorong investasi berikutnya dan menaikkan impor.

?Penguatan rupiah mengharuskan pelaksanaan reformasi subsidi BBM yang dalam pandangan kami dalam rangka meningkatkan keseimbangan antara investasi dan pertumbuhan konsumsi,? kata Helmi Arman.

Pada 2013, neraca transaksi berjalan Indonesia mencapai US$ 28,5 miliar atau 3,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dari defisit pada 2012 sebesar US$ 24,4 miliar (2,8 persen terhadap PDB).

Naiknya defisit transaksi berjalan didorong oleh meningkatnya defisit neraca minyak dari US$ 20,4 miliar menjadi US$ 22,5 miliar. ?Tingginya subsidi BBM membuat defisit neraca minyak tinggi,? kata Chief Economist & Director for Investor Relation PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat. ?Padahal di sisi lain, neraca perdagangan nonmigas masih surplus.?

Meski begitu, lanjut Budi, yang turut perlu diperhatikan pemerintah adalah defisit neraca jasa dan pendapatan. Pada 2013, defisit neraca jasa mencapai US$ 11,4 miliar, naik 11 persen dari defisit 2012. Kenaikan serupa juga terjadi pada defisit neraca pendapatan yang meningkat 2 persen menjadi US$ 27,2 miliar.

?Defisit yang terjadi pada kedua neraca ini menunjukkan produktivitas dan daya saing Indonesia yang lebih rendah,? kata Budi. ?Lebih banyak aliran dana yang mengalir ke luar negeri ketimbang masuk ke dalam.?

Pemerintah, kata dia, bisa melakukan repatriasi investasi asing yang ada di Indonesia untuk menjaga modal di dalam negeri. ?Atau dengan memberikan insentif bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang menyimpan dananya di bank nasional. Ini bisa dengan memberikan bunga yang lebih tinggi,? tuturnya.

Reporter: Aria W. Yudhistira
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...