Rupiah Tembus Rp 12.000, Dipengaruhi Konflik Irak dan Sentimen Pilpres

Image title
Oleh
24 Juni 2014, 19:59
Dolar
Arief Kamaludin|KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin

KATADATA ?  Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang menembus Rp 12.000 per dolar AS dipengaruhi konflik Irak dan sentimen dalam negeri menjelang pemilihan presiden. 

"Konflik Irak membuat pasar khawatir terhadap harga minyak, dan membawa dampak ke Indonesia" ujar Agus di Gedung DPR, Selasa (24/06).

Menurut data Bank Indonesia, kurs jual dolar pada (24/09) mencapai Rp 12.060 per dolar AS, sementara kurs beli sebesar Rp 11.940. Kurs tengah BI tercatat Rp 12.000 per dolar AS atau melemah dibanding hari sebelumnya Rp 11.971 per dolar AS.

Dari sisi domestik, Agus menjelaskan investor masih menunggu perkembangan politik menjelang proses pilpres. Selain masih adanya tekanan neraca perdagangan yang mengalami defisit US$ 1,96 miliar pada April lalu. Defisit transaksi berjalan diprediksi akan melebar pada kuartal II/2014. Gubernur BI mengingatkan pentingnya penghematan bahan bakar minyak (BBM) agar tak mengganggu anggaran pembangunan. 

Adanya tekanan rupiah dan defisit transaksi berjalan, Agus mengatakan BI akan tetap menerapkan kebijakan moneter yang ketat hingga akhir tahun. 

Ditemui secara terpisah, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan rupiah saat ini berada pada kondisi di bawah nilai wajar (under value). Tetapi dia menilai untuk situasi sekarang pelemahan nilai tukar juga akan memberikan dampak positif pada neraca perdagangan.

"Rupiah itu sebaiknya lebih kompetitif untuk eksportir dan bisa mengurangi impor. Jadi memang rupiah yang sedikit under value, itu yang lebih baik dalam situasi ini," kata Mirza.

Menurut Mirza, zona nyaman nilai tukar berada di kisaran Rp 11.400-11.800 per dolar AS. Situasi nilai tukar yang menembus angka Rp 12.000 dipengaruhi situasi banyak faktor. Yaitu konflik Irak, defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan, serta situasi menjelang pemilihan presiden.

"Jadi  kita baru bisa melihat bagaimana dampak kurs terkait pilpres, ya nanti setelah 9 Juli," ujarnya.

Reporter: Rikawati
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...