Perbankan Mesti Kurangi Ekspansi Kredit
KATADATA ? Industri perbankan mesti mengurangi ekspansi kredit guna mengantisipasi ketatnya likuiditas. Ini seiring dengan rencana bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, menaikkan suku bunga beberapa waktu ke depan.
?Karena kalau itu (ekspansi kredit) dipaksakan, likuiditas akan makin ketat, interest rate akan naik,? kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiatmadja di Jakarta, Rabu (24/9).
Menurut dia, dengan kondisi likuiditas saat ini pertumbuhan kredit bisa ditekan hingga sebesar 10 persen-11 persen. Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) menargetkan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini sebesar 15 persen-17 persen.
Indonesia tidak dapat berleha-leha menghadapi rencana the Fed tersebut. Pelaku di pasar keuangan mesti mengamati betul impaknya terhadap likuiditas global. Situasi saat ini berbeda dengan 4-5 tahun lalu ketika Indonesia dibanjiri dana asing, sehingga perbankan dapat berekspansi menyalurkan kredit.
?Sebelum 2009 (pertumbuhan kredit) bisa sampai 20 persen, malah ada yang sampai 35 persen. itulah saat likuiditas meningkat,? tutur Jahja. (Baca: Perbanas Minta Pemerintah Tertibkan BUMN Deposan Besar)
Hal lain yang harus diperhatikan dalam menghadapi tekanan global ini, upaya menarik investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI). Menurut dia, pemerintah mesti memilah-milah FDI yang akan masuk, terutama yang bervisi jangka panjang, menyerap tenaga kerja besar, dan berorientasi ekspor.