BI: Siklus Keuangan Indonesia Masuki Fase Perlambatan
KATADATA ? Siklus keuangan Indonesia memasuki fase perlambatan. Hasil estimasi Bank Indonesia menunjukkan terjadi perlambatan pada ekspansi kegiatan pembiayaan akibat menurunnya laju pertumbuhan kredit.
Menurut BI, perlambatan siklus keuangan ini bersamaan dengan ketidakpastian prospek pertumbuhan global ke depan. Hal ini dapat menimbulkan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan. "Sumber-sumber pembiayaan ekonomi pada tahun mendatang dapat menjadi relatif terbatas," tulis BI dalam rilisnya.
Perbankan domestik memerlukan tambahan modal atau likuiditas dengan LDR mencapai 89,7 persen per September 2014. Sedangkan pembiayaan dari utang luar negeri dalam dua tahun terakhir naik tinggi mulai melambat.
Volatilitas nilai tukar yang meningkat dalam dua tahun terakhir menaikkan risiko nilai tukar sehingga ikut mengurangi utang luar negeri. Tercatat utang luar negeri Indonesia pada Agustus 2014 tumbuh 11,2 persen (yoy) mencapai US$ 290,37 miliar. Kenaikan itu terutama pada utang swasta selama dua tahun terakhir melonjak dari US$ 126,25 miliar pada 2012 menjadi US$ 156,16 miliar pada Agustus 2014 sehingga pangsa pasar utang luar negeri swasta mencapai 54 persen dari total utang luar negeri.
Untuk merespon kondisi tersebut, BI akan mengelola pergerakan siklus keuangan melalui kebijakan makroprudensial. BI juga akan segera menyempurnakan aturan utang luar negeri untuk memperkuat kehati-hatian di sektor korporasi dan memperdalam pasar keuangan valas. Adanya kewajiban melakukan hedging diharapkan dapat meningkatkan penggunaan transaksi lindung nilai sehingga pasar valuta asing menjadi lebih dalam dan tekanan nilai tukar rupiah dapat diminimalkan.