Asing Jual SUN, Pemerintah Sediakan Dana Buyback Rp 3 Triliun

Yura Syahrul
24 Agustus 2015, 19:18
kementerian keuangan ri
KATADATA

KATADATA ? Aksi jual instrumen investasi di dalam negeri tidak hanya terjadi di bursa saham. Di pasar surat utang negara (SUN), investor asing juga menjual portofolionya di tengah memburuknya pasar keuangan domestik dan global. Demi menekan kenaikan imbal hasil surat utang, pemerintah aktif membeli kembali (buyback) surat utang.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan, investor melakukan aksi jual SUN sejak pertengahan bulan Agustus ini. Rinciannya, nilai jual asing di pasar SUN pada 11 Agustus lalu sebesar Rp 4,5 triliun. Lalu pada 14 Agustus dan 20 Agustus lalu sebesar Rp 2,8 triliun. Sedangkan total nilai jual bersih (net sell) asing sebesar Rp 1,47 triliun.

Aksi jual investor asing tersebut menekan harga SUN. Kondisi ini menyebabkan imbal hasil SUN terus naik, seperti imbal hasil (yield) SUN tenor 10 tahun sudah menyentuh level 9 persen. Untuk meredam anjloknya harga SUN, pemerintah rajin membeli kembali SUN di pasar sekunder. Pada 12 Agustus dan 21 Agustus lalu, nilai buyback SUN masing-masing sebesar Rp 421 miliar dan Rp 500 miliar.

?Hari ini pemerintah juga membeli kembali SUN senilai Rp 500 miliar,? kata Robert di Jakarta, senin (24/8). Jadi, pemerintah sudah mengeluarkan dana Rp 1,4 triliun untuk membeli kembali SUN. Bahkan, pemerintah mengalokasikan dana hingga Rp 3 triliun untuk membiayai hajatan tersebut tahun ini.

Robert menegaskan, pemerintah akan melakukan buyback untuk menjaga harga obligasi negara sehingga yield bisa turun. Namun, aksi ini akan dilakukan bila kondisi pasar dinilai terlalu bergejolak. Penilaian pasar tersebut didiskusikan juga dengan Bank Indonesia (BI). ?Kami tidak ada keraguan untuk buyback. Untuk menahan harga lebih terpuruk, dengan buyback,? ujarnya.

Menurut Robert, secara fundamental perekonomian Indonesia masih baik sehingga seharusnya yield SUN stabil. Indikatornya, pertumbuhan ekonomi hingga kuartal II-2015 masih 4,7 persen dan inflasi di bawah 3,5 persen. Selain itu, defisit transaksi berjalan terus menciut. Sedangkan rasio utang pemerintah masih 25 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Bahkan, jika digabung dengan utang luar negeri (ULN) swasta dan BI hanya mencapai 33 persen. ?Kalau (rasio) utang belum 60 persen itu aman.?

Direktur SUN DJPPR Loto Srinaita menambahkan, faktor eksternal seperti ketidakpastian kenaikan suku bunga AS (Fed Rate) dan devaluasi mata uang Cina membuat pasar semakin bergejolak. Dampaknya adalah investor menjual SUN dan imbal hasilnya meningkat. ?Seharusnya (yield) tidak jauh-jauh dari inflasi,? katanya. 

Menurut Robert, pelemahan nilai tukar rupiah sangat berpengaruh terhadap pasar surat utang. Pasalnya, porsi SUN berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) saat ini mencapai 28 persen, sedangkan yen Jepang 9 persen dan euro 3 persen. Sisanya sebesar 54 persen dalam bentuk rupiah. Kendati begitu, utang pemerintah sudah terlindungi (natural hedging) karena adanya pendapatan dalam bentuk dolar AS dari sektor minyak dan gas bumi (migas).

Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...