BI Kembali Merevisi Target Pertumbuhan Ekonomi 2015

Image title
Oleh
25 Agustus 2015, 18:54
Katadata
KATADATA
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

KATADATA ? Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dan tahun depan. Begitu juga dengan perkiraan nilai tukar rupiah. BI menilai situasi ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih akan berlanjut, terutama kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan pelemahan mata uang Cina.

Gubernur BI Agus Martowardojo menyebutkan, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diperkirakan 4,7 persen hingga 5,1 persen. Proyeksi ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 5 persen hingga 5,4 persen. Revisi ini merupakan yang kedua kalinya dilakukan bank sentral, sebab pada awal tahun, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen hingga 5,8 persen pada 2015.

Perkiraan pertumbuhan ekonomi BI tersebut lebih rendah dibandingkan proyeksi pemerintah sebesar 5,2 persen. (Baca: Menkeu: Kondisi Masih Terkendali, Jauh dari Krisis)

?Perlambatan ekonomi ini didorong oleh lambannya investasi swasta dan pemerintah. Karena penyerapan anggaran yang tidak sesuai perkiraan. Hal serupa juga terjadi pada rendahnya penyerapan APBD. Juga perilaku wait and see investasi swasta juga mendorong pelemahan investasi,? kata dia dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa (25/8).

Sementara untuk pertumbuhan ekonomi pada 2016, BI memperkirakan sebesar 5,3 persen hingga 5,7 persen. Perkiraan ini juga lebih rendah dibandingkan proyeksi semula 5,4 persen hingga 5,8 persen. Menurut Agus, perkiraan ini masih sejalan dengan target pemerintah 5,5 persen pada tahun depan.

Selain merevisi pertumbuhan ekonomi, BI juga menurunkan perkiraan rata-rata nilai tukar rupiah tahun ini dan tahun depan. Sebelumnya BI memperkirakan rupiah pada 2015 berada pada kisaran Rp 13.200 per dolar AS dan Rp 13.400 per dolar AS ini pada tahun depan.

Kali ini, BI memperkirakan, rupiah berada pada kisaran Rp 13.000 hingga Rp 13.400 per dolar AS pada tahun ini. Sedangkan pada 2016, rupiah diperkirakan sebesar Rp 13.400 hingga Rp 13.700 per dolar AS. (Baca: Bank Dunia Revisi Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia)

?Neraca pembayaran diharapkan membaik pada 2016, ditopang dengan naiknya surplus transaksi modal dan keuangan. Tekanan rupiah ke depan masih akan dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama ketidakpastian kenaikan Fed Rate dan langkah devaluasi yuan,? kata Agus.

Agus mencatat, pelemahan rupiah sejak awal tahun sudah mencapai 11,8 persen ke level Rp 14.045 per dolar AS pada 24 Agustus 2015. Pelemahan ini lebih dalam dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar 1,7 persen. Sedangkan rata-ratanya, kurs rupiah sudah mencapai Rp 13.088 per dolar AS.

Halaman:
Reporter: Redaksi
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...