BI Belum Akan Mengubah Kebijakan Moneternya
KATADATA ? Bank Indonesia (BI) mengindikasikan masih akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) di posisi 7,5 persen. Masih belum jelasnya rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan perkembangan ekonomi Cina menjadi perhatian utama bank sentral.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, jika melihat kinerja perdagangan, pada Agustus masih mengalami surplus. BI pun menilai laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III akan meningkat seiring mulai lancarnya belanja modal pemerintah. Tapi dari sisi global, terlihat kinerja ekonomi masih menunjukkan pelemahan.
?Pendirian kami sejauh ini masih sama. Belum ada perubahan karena uncertainty (ketidakpastian) di sisi globalnya masih tinggi. (BI) belum buru-buru mengubah pendirian,? kata Juda yang ditemui di kompleks BI, Jumat (11/9).
Analisa yang dilakukan BI menunjukkan ada risiko bank sentral AS, the Fed, memundurkan rencana kenaikan suku bunganya. Tadinya, the Fed akan menaikkan suku bunga pada September ini, tapi kelihatannya akan menunda karena data tenaga kerja di sana masih baik. Begitu pula dari sisi inflasi global yang diproyeksikan tetap rendah.
Menurut dia, kebijakan Cina mendevaluasi mata uangnya cukup berdampak terhadap laju inflasi ini. Penurunan nilai yuan tersebut membuat harga produk Cina menjadi murah, sehingga memberikan dampak inflasi ke berbagai negara, termasuk AS yang banyak mengimpor produk Cina.
?Saya juga sama-sama tidak tahu (kenaikan suku bunga AS). Tapi kemungkinan setelah September. Mungkin Desember,? kata Juda. (Baca: Pemerintah Fokuskan "Paket September" untuk Sektor Riil)
BI, dia melanjutkan, terus mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga AS ini. Caranya dengan tetap terus berada di pasar untuk mengurangi tekanan volatilitas di pasar uang. Ini pula yang terangkum dalam lima kebijakan BI di bidang moneter.