Cadangan Devisa Tergerus, Pemerintah Siapkan Dana dari Cina
KATADATA - Pemerintah telah mengantisipasi dampak dari potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS), yaitu The Fed Rate, pada bulan Desember nanti. Salah satu langkah antisipatif itu adalah menambah pendanaan dari bank sentral Cina (People’s Bank of China / PBoC), dalam bentuk skema Bilateral Currency Swap Agreement menjadi US$ 20 miliar atau sekitar Rp 270 triliun.
Menurut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, tambahan pendanaan itu untuk mendukung likuiditas pendanaan di dalam negeri. Apalagi, cadangan devisa (cadev) per akhir Oktober lalu sudah menyentuh level US$ 100,7 miliar. Penurunan cadangan devisa ini lantaran Bank Indonesia (BI) mengintervensi rupiah yang sempat menyentuh level Rp 14.800 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Tambahan demand ini bisa digunakan seluruhnya untuk liquidity support,” kata Bambang dalam telekonferensi dengan para wartawan di Jakarta, Selasa (17/11).
Hal ini merupakan salah satu dari hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 yang dihadiri Bambang bersama Presiden Joko Widodo di Antalya, Turki, akhir pekan lalu. Sekadar tambahan informasi, pada tahun 2010 silam, Pemerintah Indonesia telah meneken perjanjian Bilateral Currency Swap Agreement dengan Pemerintah Cina senilai US$ 15 miliar.
Selain membahas tambahan likuiditas tersebut, dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, Presiden Cina Xi Jin Ping menyatakan komitmennya untuk meningkatkan investasi langsung dan investasi portofolio di Indonesia. Bambang pun yakin komitmen tersebut bisa mendukung pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.