Transkrip Rekaman Lengkap Kongkalikong Lobi Freeport

Yura Syahrul
3 Desember 2015, 13:17
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto
Arief Kamaluddin | Katadata

KATADATA - Setelah melalui perdebatan panjang dan pemungutan suara (voting), Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya memperdengarkan secara terbuka rekaman percakapan dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo oleh Ketua DPR Setya Novanto, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu malam (2/12). Rekaman tersebut diserahkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said sebagai bukti pengaduannya terhadap tindakan tidak terpuji Setya selaku anggota DPR.

Ada tiga orang yang terlibat dalam rekaman pembicaraan berdurasi 1 jam 27 menit tersebut, yakni Setya, pengusaha minyak M. Reza Chalid dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin. Menurut Sudirman, pembicaraan itu berlangsung di sebuah hotel di Pacific Place, kawasan SCBD, Jakarta Pusat, sekitar pukul 14.00 WIB, hari Senin, 8 Juni 2015.

Advertisement

Itu sebenarnya pertemuan ketiga kali Setya dengan Maroef. Pertemuan pertama pada 27 April 2015 di kantor Setya di DPR. Adapun pertemuan kedua berlangsung 13 Mei 2015 di Hotel Ritz Carlton kawasan Pacific Place. Pada pertemuan ini, Setya mengikutsertakan Reza Chalid.

Yang menghebohkan adalah, rekaman pembicaraan pertemuan ketiga tersebut tak hanya membahas skenario bantuan perpanjangan kontrak Freeport dengan meminta imbalan dan klaim kedekatan dengan Presiden Jokowi. Mereka juga membahas sejumlah peristiwa politik yang terjadi setahun terakhir, mulai dari pemilihan presiden medio 2014, pencalonan Kapolri Budi Gunawan, kinerja para menteri Kabinet Kerja hingga pengalaman dan penilaian atas kepemimpinan Jokowi.

Alhasil, selama pertemuan tersebut, mereka menyebut banyak tokoh penting di negara ini. Antara lain Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Luhut Pandjaitan,  Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, serta bekas pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Berikut transkrip lengkap percakapan antara Setya, Reza dan Maroef pada 8 Juni 2015, yang telah beredar saat Sudirman tengah menghadiri sidang perdana MKD.

I. Pada pembicaraan awal, mereka membahas acara perkawinan putra sulung Presiden Jokowi yang digelar di Solo, Jawa Tengah, pada 11 Juni 2015.

Maroef: Assalaamualaikum Pak

Setya dan Reza: Widiiiihh

Setya: Gak keluar Pak?

Maroef: Enggak Pak, ada tahlilan.

Setya: Gak ke Solo?

Reza: Besok?

Maroef: Ke Solo kan lusa

Setya: Kan acaranya 11, Kamis ya

Reza: Bukan 12, kata Lucas. Pak Luhut (diduga Menko Polhukam Luhut Pandjaitan–redaksi) pesan, mesti ketemu dia.

Setya: Yang bayar duluan

Reza: Gua duluan ya.

Maroef: Wah ramai

Reza: Loe mau ngikut pesawat gua, gak?

Setya: Pak Luhutnya kan…

Reza: Gua sebentar (di Solo). Gua salaman, gua ketemu Pak Luhut gua kabur ke airport. Habis mau ngapain lagi lama-lama, yang penting buat kita nongol, salaman, ketemu Pak Luhut, sudah.

Maroef: Airport sama kota kan deket.

Reza: Iya

Maroef: Cuma macetnya Solo itu.

Reza: Kalau gak naik itu, bisa jam 3 hari. Kalau mau. Tapi kira-kira kan bapak sudah dapat Garuda kan. Freeport support? (untuk pernikahan anak Jokowi)

Maroef: Nggak ada, nggak ada kita.

Reza: Maklumlah presidennya, sudah banyak…. (ketawa)

Maroef: Tidak mungkin juga terbatas kali. Bikinnya kan di Solo. Kalau seperti Pak SBY, dulu bikinnya di istana kan besar-besaran. Kapasitasnya juga besar.

Reza: Ini cuma 2.000, 3.000 (undangan).

Maroef: Itu yang diundang, belum keluarga. Kapasitas terbatas.

Setya: Saya ditanyain wartawan di kita, “Pak itu kan dibatasi oleh Menteri PAN (Yuddy Chrisnandi) hanya 400 (undangan). Presiden sudah 2.000-3.000. Ya nggak ada masalah, namanya masyarakat pengin ketemu presiden (jawaban Setya kepada wartawan).

Maroef: Menteri PAN kan kadang masih ecek-ecek. Dia pikir, entar gua ngawinin gua sudah pensiun. Ya kan, anaknya Menteri PAN kan masih kecil-kecil. Bayangin aja 400.

Reza: Suka-suka dia Pak

Maroef: Susah Pak, budaya orang Indonesia kan ndak bisa begitu Pak. Bagi orang barat, 400 (undangan) sudah besar banget

Reza: Pak Syaf waktu ngawinin anaknya, banyak (undangannya). Pokoknya gua gak peduli, pesta gua yang bikin.

Setya: Syaf siapa?

Reza: Syafruddin

Setya: Ooo…

Reza: Banyak yang datang.

Maroef: Mana mungkin itu pak.

Reza: Tapi jangan saya, katanya gitu. Ada aja alasannya.

Maroef: Susah pak budaya kita budaya kekeluargaan

Setya: Nanti saya Desember, eh membengkak…

Reza: 9.000 lebih (undangan). Yang bikin acaranya gitu. Jadi caranya undangan yang kanan untuk besan saja, yang kiri kita. Jadi bukan saya yang undang tapi besan saya. Selesai.

II. Setelah itu, mereka mulai membicarakan rencana perpanjangan kontrak Freeport beserta syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi.

Setya: Saya itu pak, sudah ketemu presiden, waktu sampai ada 5 pimpinan negara lainnya. Ada Ketua MA, Ketua KY, Ketua MK. Saya bilang: Pak, bapak ke Papua. Iya, kata presiden. Padahal di sana gak ada yang jemput. DPRD-nya, bupatinya, gubernurnya. Kesal juga. Soal PSSI macam-macam. Saya bilang bikin itu saja istana di Papua. Setuju pak, kata presiden. Masak ada Tampak Siring di Bogor, masak di sana (Papua) tidak ada (istana presiden). Saya sudah lihat di sana ada tanah kosong, depannya laut. Jadi secara politis ke depan pasti ke sana. Semua manggut-manggut. Lagi seneng dia. “Freeport itu saya sudah ketemu Jim Bob (bos Freeport McMoran, James Moffett), saya minta dipertimbangkan. Waktu itu dengan menteri itu, soal perpanjangan itu kan DPR minta untuk duduk. Sedangkan sekarang kan ada tiga hal.

Kemarin Menteri ESDM menemui saya di Surabaya, khusus bicara ini (perpanjangan kontrak Freeport). Beliau bicara tiga hal. Satu, penerimaan minta ditingkatkan. Kedua adalah privatisasi. Permintaan itu 30 juta untuk 51 persen (saham divestasi). Mana mungkin, saya bilang gitu. Ketiga adalah pembangunan smelter. “Oh oke Pak Ketua. Kalau berhenti itu soal penerimaan saya gak sependapat Pak Ketua. Karena kita itu paling hanya nerima 7-8 triliun-lah. Tapi kita keluarkan dananya untuk di Papua, Otsus itu, 35 T (triliun). Ndak imbang”. Tapi kan itu udah dibantu CSR. “Iya tapi tidak cukup, Pak Ketua”. Kita besar sekali.

Kedua, kalau smelter. Kalau di sana (Papua) bangun smelter, di sana lebih banyak rawa. Jadi khawatirnya waktu. Kalau lihat gitu, saya lihat di Gresik ada smelter kecil yang tinggal diterusin. Terus di sana juga ada pabrik semen juga untuk pupuk. Yang penting kan pakai dana sendiri, tidak melalui dana perbankan kita. “Kita harus paksa supaya cepat-cepat dibangun”. Ya kalau gitu. “Habis itu baru Timika, Pak Ketua”. Yang mana duluan, Pak? Dia (Menteri ESDM) diam saja.

“Yang ketiga, soal apa Pak Ketua?” Soal penyerahan sahamnya itu, kan sudah 30 persen diminta 51 persen didivestasi. Itu tidak mungkin Pak. Ini kan sudah berbagi dengan daerah yang 250 ribu Ha (hektare) itu, susah juga. Kebayang juga dengan kabupaten lain. Ini tidak mungkin. Terus dia diam saja. Pak Luhut cuma bilang: kita runding.

Pas saya makan, presiden samperin saya. “Ini kan Pak Luhut. Itu apa Pak Luhut sudah bicara belum”. Oh iya sudah Pak, Pak Luhut yang banyak memberikan pendapat. Bagusnya kalau bisa segera ngobrol-ngobrol itu. Oh iya, sekarang Pak karena sekarang sudah waktunya.

Lalu saya pulang. saya mau rundingan dengan sama Pak….  Jangan-jangan ini karena yang dulu ada keributan antara anak buahnya Pak Luhut, si Darmo (diduga Deputi I kantor Staf Kepresidenan Darmawan Prasodjo) dan si siapa itu, Sudirman Said diekspos. Ini minta di-clear-kan. Saya akan ngomong ke Pak Luhut. Ya udah. Makanya perlu ketemu itu. Hahahaha….

III. Kemudian pembicaraan berlanjut membahas rencana pembangunan smelter dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk kebutuhan listrik smelter tersebut. Reza terlibat aktif bernegosiasi dengan Maroef.

Reza: Jadi gini Pak. Ini bahan dari Pak Luhut dan timnya. Sudah baca?

Maroef: Perpres sudah baca yang percepatan pembangunan ekonomi Papua.

Reza: Jadi mereka itu kan mau maju dulu, dibangun (smelter) di sana. Apa sudah ada konsep di sana dari Pak Menteri?

Maroef: Oh tidak begitu.

Reza: Jadi tetap di Gresik?

Maroef: Oh ndak, UU tidak mengatakan begitu. PP juga tidak mengatakan begitu. Jadi pemurnian harus dibangun di dalam negeri. PP-nya juga begitu, Pemurnian itu dilakukan 100 persen di dalam negeri. Kemudian tanggal 23 Januari 2015, pas setengah bulan yang lalu, itu persyaratan untuk memperpanjang izin ekspor harus melengkapi. Salah satu di antara enam itu harus menentukan eksak lokasi. Satu lagi soal feasibilty study. Dapatlah di Gresik. Jadi tidak ada yang mengatakan harus di Papua . Setelah kita umumkan di Gresik dan kita tanda tangani 23 Januari itu, baru muncul Pemda Papua yang mengatakan harus dibangun di Papua.

Setya: Terus janji presiden.

Maroef: Ya betul, kemudian Presiden ke sana, janjikan oke kalau gitu dibangun. Kalau kita bangun di Papua, siapa yang mau kasih. Di Gresik saja sudah 2,3 M. Kalau di Papua bisa hampir 4 M. Dari mana mau dananya, gak mungkin bangun di Papua.

Reza: Ya ya. Jadi begini Pak, soal itu saya ngomong sama Darmo. Saya bilang Darmo siap ya. Dia kan ngurusi semua. Dia akan melihatnya ini kalau perlu biayanya besar juga.

Setya: Pengusaha juga.

Reza: Kalau ini tugasmu untuk mengamankan. Jadi saya sudah bicara, Pak Jokowi. Urusan dia saya. Dia dipakai Pak Luhut semua.

Reza: Soal saham itu ada pemikiran (membangun) PLTA.

Maroef: PLTA? Yang mau memiliki sahamnya siapa Pak?

Reza: Ada nominee-nya, punya Pak Luhut. 

Maroef: Yang sahamnya itu juga maunya Pak Luhut. Itu jaminan guarantee dari Freeport untuk saham itu. Seperti dulu yang dilakukan oleh Freeport kepada pengusaha.

Setya: Pak Luhut pernah bicara dengan Jim Bob di Amerika.

Reza: Jadi kalau itu bisa diolah, ini rahasia yang tahu cuma kita berempat ya Pak. Diolah gitu…

Maroef: Pak itu harus ada yang perlu dihitung sekarang. Waktunya tinggal 6 minggu dari sekarang. Dari enam isu yang saya kasih Pak Ketua itu waktunya tinggal 6 minggu dari sekarang. Kalau itu tidak keluar, katakanlah 23 Juli nanti, tanggal 1 Juli tidak ada kepastian maka kita akan arbitrase internasional

Reza: Apa?

Maroef: Arbitrase internasional jalan. Tidak ada lagi itu. 1 Juli-lah Pak sudah ada kepastian. Sekarang apa guarantee-nya kalau permintaan itu (pembangunan smelter) dipenuhi, ini (izin perpanjangan kontrak Freeport) juga keluar. Apa garansinya kalau permintaan itu ada sinyal, 1 Juli sudah ada sinyal, apa garansinya? Ya toh Pak, apa garansinya?

Maroef: Ini kan masih di Solo.

Reza: Ya ketemunya di sinilah. Ketemu Pak Luhut, ini kan masih ada kesibukan. Habis itu baru.. Habis itu Jumat ke Pak Luhut. Harus ditugasin itu dia. Kalau bisa tuntas dan minggu depan sudah bisa settlement. Tanggal 22, seperti usul lalu, itu yang sekarang sudah kerja. Kita sudah approach beberapa kali. Benar, kalau Freeport memiliki 15 persen kita pasti bilang.

Maroef: Kalau tidak salah ada feasibility study, coba ditinjau lagi. Kalau tidak salah Freeport itu off taker.

Reza: Itu tadi Pak. Saran saya jangan off taker dulu. Kalau bapak off taker dulu itu akan ada di kedua belah pihak.

Maroef: Dari mana…?

Reza: Dari third parties yang…..

Maroef: Bapak juga nanti baru bisa bangun kalau kita kasih purchasing guarantee lho pak.

Reza: Oh ya betul.

Maroef: Ketergantungan bukan dari third party, tapi dari kita dong.

Reza: Oh iya, tapi kan kalau bapak ikut bikin kan, bapak ikut mengendalikan PLTA-nya.

Maroef: Artinya investasinya patungan, (komposisinya) 49:51.

Reza: Iya.

Maroef: Investasi patungan, tapi off taker kita juga?

Reza: Iya

Maroef: Kalau gitu double dong.

Reza: Enggak double Pak.

Maroef: Modal dari kita, kita juga yang off taker. Anu, kita bicara dulu di depan supaya kita bisa mengolahnya.

Reza: Pak off taker itu hanya sugar guarantee.

Maroef: Iya purchasing guarantee.

Reza: Purcahsing guarantee itu tidak ada uang keluar. Hanya guarantee, maka cuan. Uang keluar itu hanya untuk pembangunan. Kalau itu bapak juga harganya bisa dikontrol pada yang wajar.

Setya: Harga itu sektor terbesar.

Reza: Iyalah itu kira-kira. Harga perlu dikendalikan yang wajar. Atau kalau terbalik, kalau pure itu, itu kan satu deal. Misalnya Jim bilang, Freeport gak usah ikut. Silahkan yang lain, murni. Investor banyak yang mau, gak susah kalau Freeport. Marubeni ngotot mau masuk situ, cuma harga tinggi. Itu maksud saya Pak. Justru kita sebagai lokal, merasa nyaman kalau itu opsinya sama Freeport dibandingkan kalau sama orang luar. Cina pun ada yang mau Pak.

Maroef: Ini yang Pak Riza sampaikan yang lalu sama Dharmawangsa itu kan

Reza: Iya, itu harganya yang wajar. Bukan harga yang tidak ketinggian tidak kerendahan. Kan PT-nya milik bapak juga, 51 persen. Nanti bapak juga jangan sampai  menekan ke induk usaha Freeport, pertambangan.

Maroef: Kuncinya kan itu lagi, surat perpanjangan itu. Tidak mungkin keluar purchasing guarantee, kalau tidak (izin perpanjangan kontrak). PLTA mau dibangun itu kan untuk underground mining. Underground mining baru bisa dipastikan mau dilanjutkan kalau ada perpanjangan.

Reza: Betul perpanjangan. Ini komitmen itu dibutuhkan. Komitmen itu belum off take guarantee, belum Pak.

Maroef: Lho kalau komitmen, Freeport komitmen. Begitu ada perpanjangan komitmen kita akan jalankan. Saya pertaruhkan itu.

Reza: Itulah Pak, yang perlu duduk itu komitmen.

Maroef: Karena tidak mungkin itu Pak. Freeport sudah menanam 4 M dollar (US$ 4 miliar). Sudah yang mempersiapkan underground, untuk infrastruktur dan pesiapan operasional, meskipun tanpa kepastian. Jadi jangan ragu dengan komitmen. Terus untuk smelter Desember nanti (2015) kita taruh lagi 700 ribu dollar, itu commitment fee. Itu Desember. Tanpa ada kepastian lho Pak, karena kita tidak tahu dianggap tidak komitmen.

Reza: 700 juta ya Pak?

Maroef: Sorry 700 juta dollar. Apalagi yang kita kurang komitmen. Tidak perlu komitmen lagi, ini sudah komitmen. Ndak ada ndak ada.

Reza: Tapi kira-kira kalau konsep tadi (skema pembangunan PLTA) mau ambil apa enggak?

Maroef: Saya nggak jamin mau apa nggak. Tapi kasihkan dulu itu Pak (perpanjangan kontrak). 

Reza: Wah kalau ada 700 juta, proposal gitu gua lepas ini.

Setya: Artinya kalau ada opportunity…. Kan ada di Pak Luhut.

Maroef: Signed dulu itu.

Halaman:
Reporter: Muchamad Nafi, Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement