Harga Minyak Anjlok, Pengembangan Blok Nunukan Bisa Tertunda

Arnold Sirait
18 Januari 2016, 14:56
Migas
Katadata | Dok.

KATADATA - Anjloknya harga minyak dunia hingga mencapai level US$ 20-an per barel pada awal tahun ini, turut mengancam kelangsungan beberapa proyek minyak dan gas bumi (migas). Salah satu proyek yang terancam ditunda adalah proyek pengembangan Blok Nunukan milik PT Pertamina (Persero).

Gunung Sardjono Hadi, Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha Pertamina yang mengelola Blok Nunukan, mengatakan pihaknya  saat ini masih menunggu persetujuan proposal rencana pengembangan atau plan of development (POD) blok tersebut dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Awalnya dia berharap proposal tersebut dapat disetujui tahun ini sehingga proyeknya bisa beroperasi pada 2019 mendatang.

Advertisement

Meskipun POD itu telah disetujui bulan depan, ternyata Gunung belum bisa memastikan PHE bakal bisa menjalankan proyek tersebut sesuai target waktu yang sudah ditetapkan. “Kalau sudah disetujui, kami akan review (tinjau) kembali terkait eksekusinya,” kata dia di kantor pusat Pertamina, Jakarta, beberapa hari lalu.

(Baca : Banyak Perusahaan Tutup Jika Harga Minyak di Bawah US$ 30)

Selain rendahnya harga minyak, dia mengungkapkan, faktor lain yang membuat Pertamina meninjau ulang pengembangan Blok Nunukan adalah kondisi pasar. Artinya, Pertamina harus memastikan adanya pihak yang membeli gas hasil produksi Blok Nunukan. Blok ini akan direncanakan akan memproduksi gas sebanyak 60 juta kaki kubik (mmscfd). Masalahnya, sampai saat ini belum ada kepastian mengenai pembelian gas tersebut. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang biasanya menjadi pembeli utama gas yang diproduksi di dalam negeri, pun belum memastikan akan membeli gas dari Blok Nunukan. “Kalau PLN setuju harga sekian, baru (kami) eksekusi,” ujar Gunung.

Pertamina melalui PHE Nunukan Company saat ini memiliki 64,5 persen di Blok Nunukan. Saham ini bertambah dari besaran awal yang hanya mencapai 35 persen. Penambahan ini terjadi karena PT Medco Energi Internasional Tbk melepas sahamnya dengan alasan tidak ekonomis. Pemegang saham lain blok itu adalah Videocon, yang porsinya juga bertambah dari 12,5 persen menjadi 23 persen saham. Sisanya dikempit oleh BPRL Ventures Ind BV sebesar 12,5 persen.

Harga minyak yang rendah memang memaksa Pertamina mengkaji ulang beberapa proyek pengembangan migas. Gunung menyatakan, Pertamina hanya akan melakukan pengeboran pada suatu blok jika sudah pasti memberikan kontribusi. Untuk lapangan yang tidak ekonomis, terpaksa harus ditunda pengembangannya. 

Halaman:
Reporter: Arnold Sirait
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement