Jelang Putusan Blok Masela, Menteri Rizal dan Sudirman Masih Ribut

Arnold Sirait
25 Januari 2016, 20:18
Pengeboran minyak lepas pantai.
KATADATA
Pengeboran minyak lepas pantai.

KATADATA - Kisruh rencana pengembangan gas Blok Masela masih belum menemukan titik temu. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said masih berseteru. Padahal, dalam waktu dekat Presiden Joko Widodo akan memutuskan skema pengembangan Blok Masela apakah dengan pengolahan di darat atau laut menggunakan kilang terapung (FLNG).

Rizal Ramli mengatakan ada pihak yang berupaya menggiring opini seolah-olah skema FLNG lebih baik dibandingkan skema pembangunan kilang di darat. Padahal menurut dia, skema yang terbaik untuk pengembangan Blok Masela adalah pembangunan kilang di darat. Rizal mengatakan skema di darat lebih murah dibandingkan FLNG. (Baca: Seteru di Balik Kisruh Pengembangan Blok Masela

Advertisement

Untuk membuktikan hal tersebut, Rizal membandingkan proyek Blok Masela dengan proyek Prelude di Australia. Proyek Prelude menggunakan skema FLNG dengan kapasitas 3,6 juta ton per tahun (mtpa) dan menghabiskan biaya sebesar US$ 3,5 miliar per mtpa. Mengacu pada hal ini, kilang FLNG Blok Masela dengan kapasitas 7,5 mtpa, bisa menghabiskan dana hingga US$ 22 miliar.

Berbeda dengan jika pengolahannya dilakukan di darat, yakni di Pulau Selaru yang letaknya lebih dekat dengan Blok Masela. Investasi yang dibutuhkan hanya sekitar US$ 16 miliar. Nilai ini sudah termasuk biaya pembangunan jalur pipa ke darat sepanjang 90 kilometer dari blok tersebut.

Selain murah, kata Rizal, skema darat juga akan memberikan manfaat pengembangan perekonomian dengan wilayah yang lebih besar dibandingkan skema FLNG. Adanya unit pengolahan gas di Pulau Selaru akan membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal. Kondisi ini juga dapat menumbuhkan industri hilir seperti industri pupuk, petrokimia, dan pemanfaatan gas untuk bahan bakar.

Sementara skema FLNG hanya memiliki kandungan lokal yang tidak lebih dari 10 persen dari total nilai investasi, sudah termasuk bahan baku, teknologi, juga sumber daya manusia (SDM). “Dengan berbagai kelemahan dan risiko tersebut, masihkah  akan memanfaatkan ladang gas Masela dengan membangun kilang apung,” kata Rizal dalam keterangan resminya, Senin (25/1). (Baca: Kisruh Blok Masela, Faisal Basri: Perusahaan Pipa Punya Siapa?)

Halaman:
Reporter: Anggita Rezki Amelia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement