Penurunan Bunga Bank Tersandera 200 Ribu Deposan Kakap

Muchamad Nafi
29 Januari 2016, 16:41
Mirza Adityaswara
Arief Kamaludin|KATADATA
Mirza Adityaswara

KATADATA - Harapan pemerintah agar masyarakat menikmati bunga “rendah” belum juga terwujud. Padahal, Bank Indonesia telah meminta kalangan perbankan melandaikan bunganya, seiring langkah BI memangkas suku bunga acuannya pada kamis dua pekan lalu, dari 7,5 menjadi 7,25 persen. Bahkan, dua hari lalu bank sentral juga memberi sinya kembali menurunkan BI Rate.

Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, saat ini bank belum berani menurunkan bunga deposito. Mereka masih berkompetisi dalam memperoleh Dana Pihak Ketiga (DPK). Dengan BI Rate turun 0,25 persen, kata Mirza, seharusnya bunga deposito bisa mendekati level suku bunga operasi moneter BI tiga bulan dan satu bulan yakni 6,5 dan 6,1 persen. Apalagi kekhawatiran inflasi tinggi sudah terlewati, sebab per akhir tahun lalu hanya 3,35 persen.

Advertisement

“Apakah bank bisa pricing deposit tidak jauh dari suku bunga operasi moneter yang sebulan 6,1 persen? Yang tahu jawabannya ya bank,” kata Mirza dalam acara Ikatan Alumi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesi, di Jakarta, Jumat, 29 Januari 2016. (Baca juga: Kritik Bunga Tinggi, Jusuf Kalla: Giliran BI Dengarkan Pemerintah).

Rupanya, kataMirza, bank kesulitan menurunkan bunga deposito karena ada 200 ribu deposan -individu atau korporasi- dari sekitar 170 juta rekening yang menguasai 57 persen Dana Pihak Ketiga di perbankan dalam negeri. “200 ribu rekening ini yang minta bunga deposit tinggi,” kata Mirza. Alasannya, mereka menilai dengan inflasi yang tinggi semestinya mendapatkan kompensasi tingkat bunga yang besar pula.

Karena itu, agar level bunga perbankan bisa berkurang, Mirza berharap para deposan kakap ini mau mengurangi permintaan tingkat bunga tinggi mengingat inflasi tidak setinggi yang diperkirakan. Meski demikian, dia juga khawatir para penabung memilih keluar kalau bunga rendah sehingga berpengaruh terhadap likuiditas perbankan. “Penting juga jaga ekspektasi depresiasinya.”

Selain itu, Mirza pun mengakui langkah pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara akan menyerap likuiditas di pasar. Khawatirnya, deposan lebih memilih membeli obligasi pemerintah ketimbang menyimpannya di perbankan. Apalagi, upaya pemerintah mengejar target penerimaan pajak berpotensi memperketata likuiditas.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement