Hadapi Masa Sulit, Garuda Indonesia Tunda Pembelian Pesawat

Muchamad Nafi
18 Februari 2016, 08:00
Pesawat Garuda
Arief Kamaludin|KATADATA

KATADATA - Industri penerbangan rupanya tak kalis dari dampak pelemahan ekonomi. Apalagi kompetisi di maskapai ini makin ketat. Alhasail, sejumlah perusahaan melakukan berbagai efisiensi. Garuda Indonesia, misalnya, terpaksa merestrukturisasi armada dan menunda pengiriman pesawat yang sudah dipesan.

Pada kelas yang sama, Garuda Indonesia dan maskapai berbiaya rendah miliknya, Citilink, memang bersaing ketat dengan Lion Group, yang sudah menjadi pemain dominan. Lion Group juga gencar berekspansi dan memborong pesawat dalam jumlah besar. “Terjadi over-capacity di pasar, bukan hanya domestik tapi juga regional,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo, sebagaimana dikutip Reuters di Singapura Airshow, Rabu, 17 Februari 2016.

Arif menyebutkan pesawat yang ditunda pengirimannya berbadan lebar dan pesawat baling-baling atau turboprop. Selain itu, restrukturisasi pesawat juga ditempuh untuk memenuhi kebutuhan atas kursi ekonomi dengan merampingkan jumlah kursi kelas satu di hampir semua armadanya.

“Harga bahan bakar untuk jet menjadi faktor yang menguatkan. Namun, pertumbuhan ekonomi regional malah menjadi hambatan besar. Pertumbuhan domestik pun nyatanya di bawah perkiraan kami,” kata Arif, yang mulai menjabat bos maskapai ini pada Desember 2014.

Meski demikian, pada Selasa, 16 Februari 2016, para pimpinan Boeing dan Airbus menyatakan belum menerima permintaan penundaan maupun pembatalan dari pelanggan. (Baca juga: INACA Tolak Dana Ketahanan Energi Diambil dari Avtur). 

Menurut Arif, Garuda Indonesia masih berdiskusi dengan Airbus dan Boeing untuk membeli 30 jet berbadan lebar dengan kisaran US$ 9 miliar dari salah satu produsen pesawat tersebut. Namun proses yang dijalani ternyata lebih lama dari perkiraan. (Baca: 9 Maskapai Indonesia di Jajaran Terburuk Dunia)

Sebenarnya International Air Transport Association (IATA) memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu dari 10 pasar aviasi dunia pada 2020, dan berada di posisi lima besar pada 2034 dengan 270 juta penumpang. Namun catatan keselamatan maskapai domestik dan kurangnya infrastruktur telah memunculkan keraguan terhadap potensi pasar di Indonesia.

Halaman:
Reporter: Maria Yuniar Ardhiati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...