Agresif Pangkas GWM, BI Dianggap "Kompromi" dengan Pemerintah

Yura Syahrul
19 Februari 2016, 18:07
gubernur-bi-agus-martowardojo
KATADATA

KATADATA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia selama dua hari yang berakhir Kamis (18/2), menelurkan dua keputusan penting: menurunkan suku bunga acuan BI rate dan Giro Wajib Minimum (GWM). Tujuannya untuk memacu pertumbuhan kredit sehingga menopang perekonomian nasional. Tapi, para ekonom menilai bank sentral terlalu agresif dalam pelonggaran kebijakan moneter sehingga berisiko terhadap perbankan.

Setelah bulan lalu menurunkan BI rate, bank sentral kembali melakukan langkah serupa sebesar 25 basis poin menjadi 7 persen. Ini merupakan level terendah BI rate dalam 2,5 tahun terakhir atau sejak akhir Agustus 2013. Selain itu menurunkan suku bunga Deposit Facility menjadi 5 persen dan Lending Facility 7,5 persen. Adapun GWM Primer dalam rupiah turun 100 basis poin menjadi 6,5 persen, yang berlaku efektif 16 Maret nanti.

Advertisement

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, penurunan GWM akan menambah likuiditas perbankan sebesar Rp 34 triliun. Dengan begitu, penurunan BI rate bisa efektif untuk mendorong penyaluran kredit oleh perbankan. “Bagi bank ini akan jadi peluang mengefektifkan penyakuran dana,” katanya. Apalagi, likuiditas perbankan sempat mengetat akhir 2015 meski berangsur membaik pada Januari lalu.

Sekadar informasi, GWM merupakan instrumen moneter BI untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat. GWM merupakan likuiditas minimum bank yang wajib dijaga dan dipelihara agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap penarikan simpanan masyarakat sewaktu-waktu.

(Baca: BI Rate Turun Jadi 7 Persen, Terendah dalam 2,5 Tahun)

Sedangkan Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, dampak pemangkasan BI rate terhadap penurunan bunga deposito memerlukan waktu. Karena itu, dibutuhkan kebijakan lanjutan berupa penurunan GWM untuk menambah likuiditas bank sehingga penyaluran kredit bisa lebih cepat.

Menurut dia, penurunan BI rate hanya mampu mendongkrak pertumbuhan kredit tahun ini dari 10 persen menjadi 12,5 persen. Sedangkan jika ditambah dengan kebijakan penurunan GWM maka kredit bisa tumbuh hingga 14 persen. Agus menambahkan, pertumbuhan kredit hingga saat ini masih 10,5 persen. Sedangkan BI menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini 12 persen sampai 14 persen.

Ekonom Grup Riset DBS Bank Gundy Cahyadi menilai langkah bank sentral menurunkan BI rate sekaligus memangkas GWM tersebut sangat agresif. Bahkan, dia memperkirakan BI akan kembali menurunkan GWM ketimbang menggunting lagi BI rate karena lebih aman untuk memacu penyaluran kredit tanpa menimbulkan risiko pelemahan terhadap rupiah.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement