Neraca Pembayaran Diprediksi Defisit Tertekan Pelunasan Utang

Desy Setyowati
26 April 2016, 15:42
Bank Indonesia
Donang Wahyu|KATADATA

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) berada pada level dua hingga 2,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto pada kuartal pertama 2016. Angka ini masih dalam prediksi aman bank sentral. Namun demikian, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan kemungkinan Neraca Pembayaran Indonesia akan defisit karena neraca transaksi modal dan finansial yang masuk tak mampu menutupinya.

Artinya, kondisi tersebut menunjukkan nilai transaksi modal dan finansial yang mengecil. Hal itu diperlihatkan dari aliran modal dan investasi yang masuk dan keluar negeri. Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menyatakan larinya uang keluar diperkirakan karena untuk melunasi pinjaman.  (Baca juga: Menanti Sinyal Baik untuk Ekspansi, Utang Swasta Melambat).

Pembayaran utang luar negeri memang diperkirakan meningkat seiring besarnya perusahaan melunasi utangnya. Sedangkan dari sisi investasi asing langsung atau  Foreign Direct Investment (FDI) nilainya membaik. “Ada utang luar negeri. Jadi lebih banyak net,” kata Juda di Jakarta, Selasa, 26 April 2016.

Namun dia menambahkan bahwa kemungkinan nilai defisit Neraca Pembayaran Indonesia kecil. Apalagi neraca perdagangan masih mencatatkan surplus. Meski lebih besar dibanding defisit transaksi berjalan kuartal pertama tahun lalu sebesar 1,8 persen, dia menganggap nilai ini masih baik. Neraca Pembayaran Indonesia merupakan transaksi antara penduduk Indonesia dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Juda, neraca transaksi berjalan terbantu oleh besarnya aliran masuk modal asing  ke pasar uang Indonesia. Sejak awal tahun hingga Maret kemarin nilainya mencapai US$ 3,7 miliar, terutama ke Surat Utang Negara. Jika digabung dengan uang yang masuk ke pasar saham, angkanya menyentuh US$ 4,9 miliar. Nilai ini lebih tinggi dibanding dua kuartal tahun lalu. 

Sementara itu, ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan defisit Neraca Pembayaran Indonesia kurang dari US$ 100 juta pada tiga bulan pertama tahun ini. Pembayaran utang yang cukup tinggi ini membuat defisit neraca jasa meningkat. (Baca: Gubernur BI: Utang Luar Negeri Naik karena Ekonomi Menggeliat).

Meskipun, neraca modal tertolong oleh besarnya investasi portfolio, khususnya ke surat utang. Sementara defisit transaksi berjalan diperkirakan mencapai 2,4 persen yang dipicu oleh kenaikan impor. “(Defisit) karena jasa bunga dan pembayaran utang. Nggak sampai US$ 100 juta,” kata dia kepada Katadata.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...