Rekor Deflasi, Ekonom Ramal Konsumsi Rumah Tangga Akan Naik

Desy Setyowati
3 Mei 2016, 16:57
Konsumsi Rumah Tangga
Donang Wahyu | Katadata

Turunnya harga barang-barang yang tercermin dari rekor deflasi terbesar pada April 2016, akan membuka peluang peningkatan konsumsi rumah tangga. Para ekonom pun optimistis peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut bakal mampu mengerek pertumbuhan ekonomi tahun ini.  

Ekonom Maybank Indonesia Juniman melihat, angka deflasi pada April lalu disebabkan oleh dua faktor. Pertama, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diikuti oleh tarif angkutan umum sebesar rata-rata 3-4 persen. Kedua, faktor mundurnya panen raya karena efek El-Nino. Panen raya seharusnya terjadi pada Februari-Maret lalu, namun mundur ke bulan April lalu. Hal ini berdampak pada turunnya harga beras.

Karena itulah, dalam pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) Senin lalu (2/5), bulan April mengalami  deflasi sebesar 0,45 persen dibanding bulan sebelumnya. Ini merupakan deflasi terbesar sejak tahun 1999. Adapun tingkat inflasi tahun kalender (Januari–April) 2016 sebesar 0,16 persen, sementara secara tahun ke tahun (year on year) 3,6 persen.

(Baca: Harga Pangan Terkendali, April Cetak Deflasi Terbesar Sejak 1999)

Deflasi tersebut didukung oleh komponen harga yang bergejolak (volatile food) mengalami deflasi 1,04 persen dan komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) deflasi 1,7 persen. Namun, komponen inti masih mencatatkan inflasi sebesar 0,15 persen. Dibandingkan bulan sebelumnya, inflasi inti April 2016 memang menjadi 0,15 persen dan 3,14 persen dibanding tahun lalu (year on year). Padahal, Bank Indonesia (BI) sudah tiga kali menurunkan suku bunga acuan BI rate sejak awal tahun menjadi 6,75 persen. Hal ini semestinya meningkatkan jumlah uang beredar, sehingga inflasi inti naik.

Kondisi inilah yang memantik dugaan rekor terbesar deflasi tersebut akibat daya beli masyarakat yang menurun. Tapi Juniman tidak sepakat dengan dugaan tersebut. “Kalau daya beli turun semestinya komponen inflasi inti itu (mengalami) deflasi,” katanya kepada Katadata, Selasa (3/5).

(Baca: Darmin Menilai Rekor Deflasi Tak Terkait Daya Beli Masyarakat)

Menurut dia, penurunan inflasi inti karena sikap konsumen segmen menengah atas yang menahan diri untuk berbelanja. Mereka memilih menempatkan dananya di deposito sembari menunggu dan melihat (wait and see) kondisi perekonomian. Sedangkan untuk segmen masyarakat menengah ke bawah, masih tetap berbelanja meski untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Jadi, Juniman menilai daya beli masyarakat saat ini masih baik.

Halaman:
Reporter: Yura Syahrul
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...