10 Tahun Terakhir, Cuma 3 Blok Eksplorasi yang Bisa Berproduksi

Anggita Rezki Amelia
20 Mei 2016, 10:14
Migas
Katadata

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyoroti komitmen kontraktor yang rendah dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Hal ini membuat peralihan masa eksplorasi ke eksploitasi di Indonesia sangat lambat. 

Kepala Divisi Pengawasan Realisasi Komitmen SKK Migas Nizar Mujahidin mengungkapkan, selama 10 tahun terakhir hanya ada tiga blok migas yang statusnya berubah dari eksplorasi menjadi produksi. “Pertumbuhan kegiatan eksplorasi yang bisa menghasilkan migas dari sebuah blok, kami rasakan masih cukup lambat,” kata dia di Jakarta, Kamis (19/5).

Advertisement

Hingga awal Mei 2016, SKK Migas mencatat ada 295 blok migas di Indonesia. Dari jumlah tersebut, hanya 85 blok yang telah berstatus eksploitasi, sedangkan sisanya masih tahap eksplorasi. Bahkan, dari 85 wilayah kerja eksploitasi, hanya 67 wilayah kerja yang telah berproduksi. Sementara sisanya sebanyak 18 wilayah kerja masih dalam tahap pengembangan. (Baca: Produksi Migas Merosot dalam Satu Bulan Terakhir)

Di sisi lain, dari 210 blok eksplorasi hanya 113 blok yang aktif. Dari jumlah tersebut ada 97 blok yang masa eksplorasinya sudah lebih dari tiga tahun. Padahal, dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, jangka waktu eksplorasi berlangsung enam tahun, dan dapat diperpanjang satu kali selama maksimal empat tahun berdasarkan permintaan dari kontraktor. Tapi, dari 97 blok tersebut, hanya 41 yang sudah memenuhi komitmen pastinya.

Jika dirinci, dari 113 blok yang aktif tersebut ada empat blok yang tidak melakukan kegiatan apapun. Sedangkan sebanyak 40 blok baru melakukan studi "G and G", 28 blok sudah melaksanakan seismik dan 13 blok melakukan pengeboran meski belum beruntung. Adapun, 26 blok sudah pengeboran dan menemukan cadangan. Hanya dua wilayah kerja yang dari penemuannya sudah masuk persiapan rencana pengembangan wilayah atau plan of development (PoD). (Baca: Pemerintah Kaji Tambah Masa Eksplorasi Laut Dalam Jadi 15 Tahun)

Menurut Nizar, ada beberapa faktor penyebab kontraktor tidak dapat memenuhi komitmen pastinya. Selain harga minyak yang rendah saat ini, penyebab rendahnya pelaksanaan komitmen kontraktor migas dalam tiga tahun terakhir adalah permasalahan internal kontraktor, seperti keuangan.

Hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya proses pembukaan ruang data (data room) para kontraktor untuk menjual hak kelolanya atau farm out. Artinya, kebutuhan mencari pendanaan dari calon mitranya semakin meningkat. “Di samping itu memang ada (persoalan) regulasi dan masalah sosial yang dirasakan cukup besar,” ujar dia.

Di sisi lain, SKK Migas pesimistis target pengeboran sumur eksplorasi tahun ini dapat tercapai. Dari target pengeboran sumur eksplorasi tahun ini sebanyak 151 sumur, Kepala Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas Ngatijan memperkirakan, sumur yang berhasil dibor hingga akhir tahun ini hanya 50 sumur. (Baca: SKK Migas Pesimistis Pengeboran 151 Sumur Eksplorasi Tercapai)  

Perkiraan itu berdasarkan realisasi pengeboran sumur eksplorasi sejak Januari hingga awal Mei ini, yang baru 16 sumur. Sebanyak 16 sumur eksplorasi yang sudah dilakukan pengeboran itu terdiri dari 11 sumur wilayah kerja konvensional dan lima sumur di wilayah kerja nonkonvensional. Sementara dalam waktu dekat ada beberapa kontraktor yang akan memulai pengeboran seperti Talisman, Santos, Kris Energy, Petronas, Saka Energy, Pertamina, dan Dart Energy. 

    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...
    Advertisement