Utang Rendah, Alasan Fitch Tetapkan Peringkat Investasi Indonesia

Desy Setyowati
24 Mei 2016, 11:56
pembangunan-infrastruktur-gedung
Donang Wahyu|KATADATA

Fitch Ratings mempertahankan peringkat kredit layak investasi (investment grade) Indonesia pada BBB-, dengan prospek stabil. Salah satu alasan kunci keputusan lembaga pemeringkat internasional itu adalah jumlah utang pemerintah masih rendah, namun tetap bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, pemerintah masih menunggu keputusan Standard & Poor’s untuk mengangkat peringkat Indonesia ke level investment grade pada bulan depan.      

Secara umum, ada beberapa faktor kunci yang mendukung keputusan Fitch untuk mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB-. Pertama, beban utang pemerintah yang rendah. Kedua, prospek pertumbuhan ekonomi yang baik. Ketiga, risiko sektor perbankan yang rendah. Namun, besarnya pengaruh sentimen pasar terhadap faktor eksternal membutuhkan upaya ekstra pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi.

Fitch memperkirakan, ekonomi Indonesia tahun ini bisa tumbuh 5,2 persen. Lalu, dalam dua tahun ke depan dapat meningkat menjadi masing-masing 5,5 persen dan 5,7 persen. Hal ini didukung oleh reformasi struktural melalui pengurangan anggaran subsidi dan pe ngeluaran non-prioritas.

Reformasi struktural yang telah ditempuh pemerintah dengan meluncurkan paket kebijakan ekonomi sebanyak 12 paket sejak September tahun lalu hingga saat ini , diyakini akan meningkatkan iklim investasi secara signifikan.

(Baca: S&P Nilai Positif, Peringkat Indonesia Berpeluang Layak Investasi)

Paket itu memuat beberapa hal, antara lain perampingan jumlah dan percepatan proses perizinan untuk melakukan kegiatan usaha. Selain itu, penetapan formula upah minimum untuk memperbaiki iklim investasi. Adapun revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) mencerminkan semakin terbukanya Indonesia terhadap investor asing.

Fitch juga mengapresiasi langkah pemerintah menaikkan belanja modal untuk membangun infrastruktur. Langkah ini diharapkan bisa memacu sektor usaha dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. “Berbagai kebijakan itu mendorong sentimen pasar lebih positif, terlihat dari pergerakan rupiah yang relatif stabil bahkan menguat sekitar 10 persen sejak September 2015,” kata analis Fitch Rating Thomas Rookmaaker dalam siaran persnya yang diterima Katadata, Selasa (24/5).

(Baca: Pemerintah Rajin Rilis Obligasi, Rasio Utang Naik Jadi 36,5 Persen)

Di sisi lain, Fitch menyoroti jumlah utang pemerintah. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total utang pemerintah pusat per akhir April lalu sebesar Rp 3.279,28 triliun. Jumlahnya bertambah 5,8 persen dibandingkan akhir 2015.

Sedangkan Bank Indonesia (BI) mencatat, total utang luar negeri (ULN) per akhir Maret lalu mencapai US$ 316 miliar atau setara Rp 4.234,4 triliun, naik 1,9 persen dibandingkan akhir 2015. Alhasil, rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat menjadi 36,5 persen.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...