DPR Kritik Target Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Tak Realistis

Desy Setyowati
6 Juni 2016, 16:57
Gedung DPR
Arief Kamaludin|KATADATA
Gedung DPR/MPR

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengkritik langkah pemerintah yang tidak mengubah target pertumbuhan ekonomi dalam draf Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP 2016).  Target pertumbuhan tahun ini sebesar 5,3 persen dinilai terlalu optimistis lantaran semua komponen pengeluaran pembentuk pertumbuhan menunjukkan tren perlambatan.

Anggota Komisi XI dari Fraksi Golongan Karya (Golkar) Sarmuji melihat,  target pertumbuhan tersebut tidak memiliki dasar. Sebab, konsumsi rumah tangga saja masih menunjukkan perlambatan. Tahun lalu, konsumsi rumah tangga selama empat kuartal menunjukan penurunan. Kemudian pada kuartal I tahun ini pun, konsumsi atau pengeluaran belanja rumah tangga hanya tumbuh 4,94 persen.

Sekadar informasi, belanja rumah tangga merupakan kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi dari sisi komponen pengeluaran. Selain itu, ada komponen investasi, khususnya investasi sektor swasta, ekspor-impor, dan belanja pemerintah. Karena itulah, Sarmuji tak yakin target tersebut bakal tercapai. “Kalau bisa tercapai, saya rasa (Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro) layak diajak makan siang atau buka puasa bersama,” ujarnya dalam Rapat Kerja (Raker) dengan pemerintah di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Senin (6/6).

(Baca: Revisi APBN 2016, Pemerintah Dinilai Terlalu Optimistis)

Senada dengan itu, Anggota Komisi XI dari Fraksi Nasdem Kardaya Warnika berharap pemerintah lebih realistis dalam menetapkan target pertumbuhan ekonomi. Sebab, dia menghitung, dibutuhkan upaya besar untuk mengerek kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 50 basis poin atau 50 persen dari realiasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang sebesar 4,79 persen.

“Harapan kami review (RAPBN-P 2016) mendekati realistis, tapi yang kami lihat masih optimis,” ujar dia.

Di sisi lain, Anggota Komisi XI dari Fraksi PDI-P Andreas Eddy Susetyo mencermati, belum ada langkah konkrit dari pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pembukaan data transaksi kartu kredit, misalnya, malah menghambat konsumsi rumah tangga yang notabene menjadi andalan pertumbuhan ekonomi.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...