Lima Penyebab Bunga Kredit Sulit Turun

Desy Setyowati
22 Agustus 2016, 10:23
Bank Indonesia
Arief Kamaludin|KATADATA

Suku bunga deposito turun 0,91 persen sejak suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate dipangkas satu persen sepanjang tahun ini. Namun bunga kredit baru menyusut 0,47 persen, termasuk setelah bank sentral mengganti BI Rate menjadi  BI 7 Days Repo Rate.

Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara mengatakan penurunan suku bunga kredit 0,47 persen terdiri dari bunga kredit modal kerja 0,68 persen, investasi 0,67 persen, dan konsumsi 0,06 persen. Sebenarnya, guna meningkatkan daya dorong transmisi BI 7 Days Repo Rate terhadap penurunan bunga kredit, BI juga memangkas bunga fasilitas pinjaman atau lending facility satu persen menjadi enam persen.

Penurunan lending facility diharapkan mempermurah biaya bank menambah likuiditas yang didapat dari BI. Kebijakan itu juga agar koridor suku bunga BI lebih simetris, yakni 0,75 persen batas atas dan bawah dari BI 7 Days repo Rate yang berada pada level 5,25 persen. (Baca: Pakai Suku Bunga Acuan Baru, BI Tahan BI 7-Days Repo).

“Kalau lending facility terlalu tinggi, cost of liquidity terlalu tinggi karena bunga akan dikenakan BI pada bank yang meminjam (likuiditas) selama overnight. Kalau terlalu tinggi, tidak simetris,” ujar Mirza di kantornya, akhir pekan lalu. 

Mirza Adityaswara
Mirza Adityaswara (Arief Kamaludin|KATADATA)

Lebih lanjut, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan ada faktor lain yang mempengaruhi kecepatan transmisi kebijakan BI terhadap suku bunga perbankan, khususnya kredit. Setidaknya ada lima faktor yang memengaruhi. (Baca: Likuiditas Ketat, Bunga Acuan BI 7-Days Repo Diharapkan Turun).

Pertama, permintaan kredit dari swasta saat ini minim. Hal itu disebabkan oleh permintaan dari domestik dan global rendah. Rata-rata kapasitas produksi industri saat ini 78 - 79 persen. Artinya, ruang untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri masih ada sekitar 20 persen sehingga industri tak perlu menambah produksi atau berekspansi.

Kondisi ini berbeda dibandingkan saat pertumbuhan ekonomi di kisaran enam persen, kapasitas produksinya mencapai 89 - 90 persen. “Jadi sebagian besar perusahaan masih punya spare capacity untk memenuhi permintaan domestik,” kata Perry.

Kedua, prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan global. Di domestik, BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5 - 5,4 persen menjadi 4,9 - 5,3 persen tahun ini. Sedangkan di tingkat global, International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan dari 3,2 menjadi 3,1 persen. Begitu juga dengan proyeksi tahun depan, dari 3,3 - 3,4 persen menjadi 3,2 persen. Hal ini menunjukan prospek permintaan domestik dan internasional ke depan.

Ketiga, bank sentral memandang likuiditas saat ini masih cukup baik. Hal itu didapat dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) 1,5 persen yang akan menambah likuiditas Rp 37 triliun di perbankan hingga akhir tahun. Kemudian, aliran masuk modal asing (capital inflow) ke portfolio mencapai US$ 10,5 miliar atau Rp 114 - 115 triliun sejak awal tahun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...