Lifting Minyak 11 Kontraktor Andalan Bakal Turun Tahun Depan

Anggita Rezki Amelia
5 September 2016, 19:06
Rig
Katadata

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menghitung adanya potensi penurunan produksi siap jual (lifting) minyak terhadap 11 kontraktor migas andalan pemerintah. Kondisi tersebut menyebabkan target lifting minyak 2017 bakal lebih rendah dibandingkan tahun ini.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, penurunan lifting minyak disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kondisi lapangan migas yang cenderung sudah tua. Kedua, harga minyak dunia yang rendah sehingga kontraktor migas mengurangi kegiatan produksinya. (Baca: Eksplorasi Minim, Cadangan Minyak Turun Hampir Empat Persen)

Ketiga, masa kontrak beberapa blok migas akan berakhir sehingga mengurangi kegiatannya. "Pengurangan kegiatan tersebut mempengaruhi laju penurunan produksi lapangan eksisting yang cenderung lebih besar dari tahun sebelumnya, serta mempengaruhi profil produksi jangka menengah," kata Amien dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Senin (5/9). 

Salah satu kontraktor yang mengalami penurunan lifting adalah Chevron Indonesia di Blok Rokan. Tahun depan, blok ini diperkirakan hanya mampu mencapai lifting 228.900 barel per hari (bph). Padahal, produksinya tahun ini bisa mencapai 250.900 bph.

Dua penyebab penurunan lifting Blok Rokan adalah umur yang semakin tua dan penundaan pengembangan NDD Area 14. Presiden Direktur Chevron Indonesia Albert Simanjuntak mengatakan, laju penurunan produksi Blok Rokan diperkirakan makin melebar sebesar 11,6 persen, atau lebih tinggi dari laju rata-rata penurunan produksi tahuh ini sebesar 10,5 persen. 

Menurut Albert, Chevron mengebor sumur sekitar 400 hingga 500 sumur per tahun demi memanfaatkan momentum harga minyak dunia yang tinggi selama 5-6 tahun terakhir. Namun, sejak 2015 keekonomian lapangan menurun dan membuat pengembangan lapangan tidak ekonomis. "Rokan juga akan berakhir 2021, di mana keekonomian sumur lebih sulit," kata dia. (Baca: Jelang Pertemuan OPEC, Harga Minyak Indonesia Naik)

Ada juga blok migas yang mengalami penurunan alamiah seperti PT Pertamina EP Indonesia di seluruh wilayah kerjanya dari 87.700 bph menjadi 85 ribu bph. Selain itu, Blok South Natuna Sea B oleh ConocoPhillips Indonesia dari 19.300 bph menjadi 17.400 bph dan PC Ketapan II Ltd di Blok Ketapan dari 16.900 bph menjadi 15.200 bph.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...