Konferensi Jurnalis Investigasi Asia Dihadiri Tim Spotlight
Konferensi Jurnalis Investigasi (IJ) Asia kembali digelar untuk kedua kalinya. Tahun ini, konferensi tersebut bertempat di Kathmandu, Nepal, yang resmi dimulai Jumat ini (23/9) hingga Minggu nanti (25/9). Sebanyak 300 jurnalis mengikuti konferensi ini, tidak hanya dari Asia tapi juga dari benua lain. Salah satunya adalah Walter Robinson, wartawan the Boston Globe, Amerika Serikat, yang meraih penghargaan Pulitzer.
Robinson meraih penghargaan prestisius tersebut setelah Spotlight, sebutan tim investigasi the Globe yang dipimpinnya, mengungkap kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh sejumlah pemuka gereja. Belakangan, kisah investigasi Robinson itu difilmkan dengan judul Spotlight dan meraih beberapa penghargaan Academy Award.
"Robinson akan berbagi pengalamannya dengan para peserta konferensi," ujar Namrata Sharma, Chairman Centre for Investigative Journalist Nepal, yang juga panitia konferensi di Kathmandu, Jumat (23/9).
IJ Asia juga menjadi even pelatihan bagi jurnalis, karena sepanjang tiga hari akan digelar 60 panel diskusi, workshop, dan demonstrasi berbagai teknik pengolahan data.
David Kaplan, Executive Director Global Investigative Journalism Network (GIJN), mengatakan, panitia mengundang puluhan jurnalis dengan keahlian khusus untuk menjadi pembicara dan berbagi ilmu di panel-panel tersebut.
Dari Indonesia, sejumlah media juga mengirimkan perwakilan, baik sebagai peserta maupun pembicara. Katadata termasuk media yang akan memberikan materi dalam dua panel, yaitu Data Visualization dan Getting Data. Katadata akan berbagi pengalaman tentang pembuatan infografik, yang selama ini menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung website katadata.co.id.
Selain berkumpul dan mengikuti pelatihan, IJ Asia menjadi kesempatan bagi para jurnalis antarnegara untuk memperkuat jaringan dan kolaborasi. Hal tersebut sangat bermanfaat terutama bagi wartawan yang menulis kasus kejahatan lintas negara, seperti perdagangan manusia, jaringan narkotika, hingga konflik antarnegara. "Membangun jaringan menjadi hal yang sangat penting," kata Kaplan.