Penurunan Impor September, Alarm Ekonomi Masih Lemah

Desy Setyowati
17 Oktober 2016, 20:24
Pelabuhan Ekspor
Arief Kamaludin|KATADATA

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja impor pada September lalu menurun sebesar 8,78 persen dibanding bulan sebelumnya (month to month). Yang menjadi sorotan, penurunan bukan cuma terjadi untuk barang konsumsi tapi juga bahan baku dan barang modal.

Ekonom Maybank Juniman menjelaskan, penurunan impor bahan baku menunjukkan bahwa ekonomi masih dalam tren perlambatan. Sebab, kedua produk ini dibutuhkan untuk industri manufaktur dan pembangunan infrastruktur. “Kalau perlambatan impor cukup dalam di September, ini menunjukkan bahwa perekonomian di kuartal III belum pulih sepenuhnya,” katanya kepada Katadata, Senin (17/10).

Dalam catatan BPS, impor barang modal menurun 12 persen (month to month). Penurunan paling besar terjadi pada barang modal kecuali alat angkutan sebesar 14,6 persen. Kemudian mobil penumpang mengalami penurunan 9,6 persen. Sementara  impor alat angkutan untuk industri naik 17,7 persen. (Baca juga: Impor Melambat, Surplus Dagang September Tertinggi Sejak 2015)

Adapun impor bahan baku atau penolong menurun tujuh persen. Penyebab utamanya adalah penurunan produk dasar untuk industri sebesar 22,2 persen dan yang sudah diproses 12,4 persen, yang diikuti penurunan bahan bakar dan pelumas 11,7 persen, serta makanan dan minuman 11,5 persen.

Juniman menjelaskan, yang perlu disoroti sebetulnya adalah penurunan impor bahan baku, bukan penurunan impor barang modal. Sebab, penurunan impor barang modal tidak semata menunjukkan perlambatan aktivitas ekonomi di dalam negeri.

Hal ini juga menunjukkan adanya barang modal yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri seperti besi, baja, dan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Alhasil, tidak perlu banyak mengimpor.

Sementara itu, penurunan impor bahan baku jelas menunjukkan pengurangan produksi manufaktur. “Itu alarm perlambatan ekonomi selanjutnya,” ujar Juniman. Pemerintah harus memastikan reformasi struktural pada sektor ini.

Kendati ekonomi masih melambat, Juniman melihat investor tetap berminat untuk berinvestasi di Tanah Air. Menurut dia, baik investasi jangka pendek (portofolio) ataupun investasi langsung jangka panjang (foreign direct investment/FDI) masih memiliki ruang untuk tumbuh.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...